Aku tinggal di salah satu kota di Canada, kira-kira sudah hampir 6 tahun. Aku tinggal sendiri di salah satu gedung apartemen dekat down town area. Kamarnya satu, ada ruang tamu, kitchen, balcon buat smoking, murah juga. Kadang teman-teman menginap, meminjam komputer, karena milikku pentium ii, dan semua software, games etc aku punya. Jadi mereka betah nginep di sofa, atau bawa sleeping bed. Also, aku punya 50 inch TV, DVD player, Video, games dan lain-lain, jadi tempat ini siip. Aku bukan orang yang berada banget,semua itu hadiah dari saudara-saudara yang ikut bahagia karena aku bisa sekolah disini. So, syukurlah.
Mungkin karena apartemen dan barang-barang electronic di rumahku, aku dikagumi wanita-wanita orang putih di sini. Dikira aku loaded banget, alias rich boy. Jadi banyak yang tidak nolak kalau aku ajak jalan. Bukannya mau show-off, but aku bisa mendapatkan perempuan yang aku mau kapan saja, tapi aku nggak mau perempuan yang mencintaiku karana harta kekayaanku.
Soal pacaran, aku tidak pernah punya berlangsung lama, karena aku salah gaul. Tiap-tiap wanita yang aku pacarin, semuanya mata duitan. Kalau tidak dibeliin barang ini, atau itu, marah deh, terus mau putus. Jadi sudah kira-kira 2 tahun aku tidak ada gandengan.
Terus satu hari, aku menang lotre $300. Aku pergi ngambil duitnya dari salah satu gedung lotre tersebut dan jalan menuju pulang. Waktu itu lagi agak dingin, salju lagi turun sedikit-sedikit. Terus, waktu lagi jalan, tiba-tiba ada suara "Excuse me, spare some change?" Aku lihat ke arah kiri, ada dua gadis lagi duduk di lantai depan Starbucks Cafe sambil tangannya di ulurkan ke arahku. Yang satu lagi hanya duduk merangkul kakinya.
"Duh kasihan banget" pikirku. Aku berhenti, meraba kantong celanaku, dan aku keluarkan 2 helai $5.
"Ini, silakan", aku bilang.
"Terima kasih Mas," kata gadis yang memegang uang.
"Terima kasih kembali" kataku lagi, sambil jalan pergi. Memang benar, setelah aku memberi uang tersebut, ada rasa yang hangat dalam hati. Sesampai di apartemen, aku cari sleeping bag bekas dan beberapa baju tebel. Tapi saya lupa kalau semuanya sudah kusumbang ke Salvation Army beberapa minggu yang lalu. Terus aku pikir, hmm, sudah mau natalan, teman-teman pada pulang ke Indonesia, aku nggak ada teman main..., gimana kalau aku undang saja tu cewek.
Lalu aku pergi ke tempat kedua gadis itu. Tapi mereka sudah nggak ada lagi. Aku lihat kiri dan kanan dan ternyata kedua gadis itu ada di depan McDonald's, sambil megang kantong buat memesan makanan. Aku tunggu mereka di deket Starbucks Cafe, dan sewaktu mereka melihatku lagi, si gadis yang aku kasih uang tadi senyum padaku dan bilang "Hi, lagi ngapain Mas?, Traktir kita dong?" sambil tertawa.
Aku senyum saja "Oke, Nich beli aja". Si cewek yang aku kasih duitnya, namanya Lily dan cewek yang satunya lagi ternyata adiknya, bernama Lianne. Lily berumur 17 dan Lianne berumur 14. Mereka datang dari kota lain dengan cara hitchhike. Aku jongkok dengan mereka, ngobrol-ngobrol sebentar, sambil nebeng makan kentang gorengnya yang di tawari Lianne.
Kurang lebih setengah jam kemudian, entah kemasukan apa, aku ajak mereka ke apartemenku untuk menginap. Mereka kaget. Pertamanya sih pada nggak mau, tapi abis aku yakinkan, bahwa aku tinggal sendirian, tidak ada teman dan bla bla bla, mereka akhirnya mau juga.
Sesampai di apartemenku, mereka ber wah.., wah.., wah. Aku dimintai handuk buat mandi. Ternyata mereka nggak pakai baju tebal-tebal banget. Si Lily cuma memakai t-shirt Marilyn Manson, sweater gap yang kotor dan jaket kulit, dan Lianne memakai lebih tebal, mungkin karena diberi sama Lily.
Dua-duanya memang cakep sih, kulitnya putih banget (habis orang putih sih), nggak tinggi banget, kira-kira 160 cm. Lily berambut pirang kotor (dirty-blonde) sebahu, dan Lianne berambut pirang terang, seleher lebih dikit, agak berombak. Aku beri 2 pasang t-shirtku dan beberapa celana pendek milik bekas pacarku. Mereka masuk ke kamar mandi bersama dan dan aku cuek-cuek saja, habis adik-kakak. Aku siapkan hot chocolate dan cookies.
Sehabis mereka keluar dari kamar mandi, waduh, cantiknya mereka berdua minus make-up tebal, ikat rambut, dan garis-garis hitam di muka. Seperti mimpi degh. Belum pernah aku melihat kecantikan semacam itu. Mungkin di majalah, dan film, tapi mereka ada didepanku. Lily memakai t-shirt GAP-ku yang berwarna putih, tanpa bra, karna aku bisa melihat putingnya yang pink dengan jelas. Lianne memakai t-shirt Planet Hollywoodku yang berwarna putih juga dan without bra.
Setelah itu kita ngobrol-ngobrol sambil minum hot choco. Lianne orangnya pendiam, tapi senyum terus. Kalau Lily agak energetic dan bawel. Sewaktu kita ngobrol-ngobrol, si Lianne berdiri dan berjalan menuju kulkas.
"Mau Minum Champagne?" tanyanya.
"Boleh", kataku, "Tapi.., kamu kan masih anak-anak" kataku sambil tertawa karena aku pikir si Lianne cuma bercanda.
Dia buka botol champagne tersebut dan meminumnya sedikit, lalu dia bawa buat kakaknya, Lily. "Gile, dikirain becanda" pikirku.
Beberapa jam kemudian, ruang tamuku berasa agak panas, soalnya heaternya rusak. Aku meminta izin untuk tidur, tapi dipaksa temenin ngobrol. Aku suruh nonton TV saja, tapi mereka tidak mau. Kelihatannya sih dua-duanyajuga sudah agak mabuk, soalnya pipi mereka merah banget, dan ngomongnya sedikit ngacau.
Terus aku suruh mereka tidur di kamarku yang queen-sized bed, dan aku tidur di sofa. Mereka menarikku untuk tidur dengan mereka. Waduh, rezeki, pikirku.
Aku ikut saja, tiba-tiba mabuk dan puyengku hilang! hehehehe, mungkin karena pikiran kotor dan feeling bahwa aku akan score dengan mereka berdua.
Kita tiduran di ranjangku, terus aku memeluk Lily karena dia lebih deket dengan tanganku. Aku menciumnya dan dibalas juga ciumanku. Tanganku bekerja dari rambutnya, leher, sampai payudaranya yang lumayan besar buat anak 17 tahun. Kulepas T-shirtnya dengan cepat karna sudah napsu banget Lama tidak dapat!
Kusedot-sedot dengan kencang puting susunya, dan Lily merintih rintih Aku melirik ke arah Lianne, ternyata dia berbaring sambil nontonin kita. Aku cuek saja dan nerusin plorotin celana dan celana dalam Lily. Bulu kemaluannyamasih jarang-jarang dan berwarna pirang juga. Hmm.., lezat..., sudah lama nggak dapat nih, pikirku sambil memainkan lidahku di liang kenikmatannya yang sudah merah. Kumainkan lidahku di clitorisnya dengan cepat, dan lily merintih rintih. Rintihannya semakin membuatku buas. Aku keluarkan teknik cunnilingus yang diajari teman jepangku, "teknik meminum air". Lily meraung raung seperti orang kesetanan, tangannya menjambak rambutku dan pinggangnya naik turun. Setelah dia beberapa kali orgasme, aku cium seluruh tubuhnya sampai bibirnya. Terus dia berkata "do my sister"
Aku melihat ke arah Lianne dan dia sudah telanjang dan bermain dengan klitorisnya. Aku cium dan sedot payudaranya yang masih belum matang (maklum 14 tahun), dengan putingnya yang pink. Lianne menggigit bibir bawahnya, menahan rasa ekstasi. Pelan-pelan kucium seluruh tubuhnya sampai ke arah liang kewanitaannya. Wah, merah dan rapet banget! rezeki besar. Kumainkan lidahku di liang kewanitaannya, bermain di clitorisnya. Lianne merintih-rintih. Aku keluarkan tehnik meminum airku sampai lianne orgasme dua kali juga.
Kemudian aku berbaring dan kakak-adik itu menciumi seluruh tubuhku. Aduh, aku merasa duniaku akan hancur, saking enaknya. Sampai mereka lepas celana boxerku dan bermain dengan penis dan bolaku. penisku nggak besar-besar banget sih, normal buat orang bule! he.., he.., he.., he.., kira-kira 7 inchi, tebal dan berurat. Mereka berdua berebut penisku, dan akhirnya aku menarik Lianne buat duduk di mukaku. Lianne membuka kakinya dimukaku dan aku bagai disurga! setelah Lianne orgasme lagi, aku tidurkan dia di sampingku, dan aku suruh Lily untuk naik menunggangiku.
Dengan pelan-pelan, Lily naik memasukkan penisku ke liang kenikmatannya dengan susah.
Setelah kusuruh dia membasahi penisku dengan ludahnya, akhirnya amblas juga penisku. Setelah masuk penisku semuanya, pelan-pelan aku naik turun dan bergerak memutar, sambil memijat-mijat payudara Lily yang tegak dan kenyal. Aku pelukLily sambil menghunjam penisku dengan cepat. Lily berteriak teriak keenakan sambil cursing. Kusuruh dia berbalik, punggungnya menghadap dadaku. My favorite position. Aku naik turun dengan cepat juga sambil aku menyuruh Lily untuk menggoyangkan pinggulnya sambil memijit-mijit payudaranya. Entah berapa kali aku merasakan sesuatu yang hangat di penisku dan Lily berteriak, "Aahh... fuck... shit!
Saya rasa dia orgasme sampai 3 kali! Aku jilat cairan kewanitaannya sampai bersih, terus pindah ke Lianne. Aku jilat dan basahi lagi liang kewanitaannya yang masih merah dan berdenyut-denyut. Aku coba untuk memasukkan penisku tapi liang senggama Lianne masih kecil banget. Aku naik ke mulut Lianne dan menyuruh buat mengisap dan membasahi penisku. Dengan mata tertutup setengah sadar, dia melakukannya. Setelah cukup basah, aku coba lagi. Sempit banget! tapi senti demi senti masuk semuanya juga Lianne meraung-raung kesakitan. Aku goyang pelan-pelan, sambil menyedot puting susunya yang masih pink dan muda banget, missionary style.
Terus aku menyuruhnya berbalik, doggie style, tanpa melepas penisku dari liang kewanitaannya. Aku dorong-dorong, memutar, naik turun seperti rodeo, sambil memeluk tubuh Lianne yang meronta-ronta seperti ikan kehabisan air aku cium rambutnya, menggigit gigit pelan bahunya dan memainkan jari-jariku di kelentitnya.
Sekitar 20 menit kemudian, setelah beberapa gaya dan setelah Lianne orgasme untuk ke entah berapa kalinya, aku keluar juga. Aku tiduri mereka berdua side by side dan memuncratkan spermaku ke muka mereka.
Sehabis itu kita tidur, tapi aku belum puas juga dengan Lianne yang liang kenikmatannya sangat rapat. Dengan posisi 69 aku bermain dengan liang surganya, entah sampai berapa lama.
Besoknya, di meja makan, kita ketawa-tawa dan bercanda-canda. Tapi malamnya, mereka bercerita apa yang sebenarnya terjadi pada mereka. Ternyata mereka di perkosa oleh pacar ibu mereka, dan mereka lari dari rumah. Selama 5 hari penuh berpesta seks, aku akhirnya menyuruh mereka untuk telepon pulang. Setelah lama aku bujuk, akhirnya mereka telepon pulang. Ibu mereka khawatir sekali dan ingin mereka pulang segera. Pacar ibunya sudah di tangkap oleh yang berwenang.
Aku beri $100 buat Lily dan Lianne, untuk uang saku dan ongkos naik bus. Setelah itu, aku antar ke Bus Station, dan mereka said bye-bye dengan ciuman mesra di pipi kiri dan kanan.
Cerita Dewasa Panas 17 tahun seru saru seksi pengalaman pribadi kelompok bersama terbaru arsip
Email Affair
Seperti yang para pembaca telah ketahui lewat kisah nyata saya bercinta dengan anjing dan pengalaman saya sewaktu naik bis di Italy, sekarang saya akan menceritakan apa yang terjadi setelah saya mengirim kisah-kisah saya itu lewat pondokseks.
Rika Teman Chatku
Aku kenal perempuan yang namanya Rika (bukan nama asli), dia wanita yang bekerja di perusahaan asing, masih berumur 21 tahun dan masih perawan, tahunya perawan? Yah sejauh dia sudah sering cerita sama aku soal segala hal soal dirinya dan juga setelah aku coba sendiri. Lagian aku takut dosa, kalau sampai membobol perawan, tidak kuat menanggung perasaannya. Pokoknya gitu deh.. okeh lanjut. Aku ketemu dia lewat suatu chatting program, tanpa sengaja kita ketemu dan terus hubungan kita makin dalam gara-gara teman aku yang sudah duluan tahu sifat dalamnya dia, cuma sayangnya temanku sudah punya pacar dan aku pas masih single-single saja.
Tidak tahunya Rika adalah wanita yang bernapsu besar dalam seks, namun dia masih ingin mempertahankan keperawanannya. Jadi cuma boleh sebatas di luar menyentuh bibir kemaluan, nggak sampai menerobos ke dalam. Lah, lagian perempuan kalau sudah di dalam posisi seks gimana bisa menolak? (bisa-bisa diperkosa laki-laki) namun aku bukan tipe yang kaya begitu.
Suatu hari aku diundang ke kantornya, bertandang aku ke kantornya sore-sorean, terus dia senang sekali melihat aku datang, karena sudah lama tidak ketemu, namun pertama kali ketemu tidak sampai se-hot ini akhirnya. Sesampai di kantornya langsung tanganku ditarik ke kantornya. Terus dia menunjukkan ruangan kerjanya, yang mana dia biasa chatting sama aku lewat komputer. Ruangannya memang tertata rapih dan punya kesan eksklusif dan lagi tampaknya kantornya terawat rapih dan masih baru, yang pasti perusahaan asing lebih bermodal dari perusahaan lokal. Oke, lalu kita duduk-duduk berdampingan sambil menyalakan chatting program, sambil ngobrol-ngobrol, saya berusaha terus dempet-dempet badan dia, sambil berusaha membelokkan pembicaraan ke arah-arah seks, yang mana sering kita bicarakan lewat chating line dan katanya dia sering mastrubasi di rumahnya kalau sehabis chat sama aku di hari kerjanya, malahan dia pernah mastrubasi langsung di WC kantornya, lagian nggak tahan aku pancing-pancing gairah seksnya, dengan membayangkan seolah-olah aku ada di situ dan menyapu seluruh tubuhnya dengan ciuman dan jilatan dan sentuhan-sentuhan, terutama bagian vitalnya yang selalu di usahakan lebih hot dengan seolah-olah penisku di gosok-gosok di sekitar klitorisnya dan Rika tahu betul cara menikmati mastrubasi dan juga mudah terpancing napsunya. Lalu setelah saya dempet-dempet akhirnya aku cium pelan-pelan pipinya dan dia diam saja dan setengah menolehkan wajahnya seraya memberikan bibirnya, langsung saja saya beri ciuman-ciuman yang melumatkan di sekitar permukaan bibirnya sambil memainkan dari atas ke bawah dan menggigit-gigit dan menyedot bibirnya. Mungkin dia kaget dengan cara ciuman aku yang begitu "handal", namun aku tidak pernah bilang sama dia kalau aku sudah tidak perawan sebagai laki-laki.
Aku selipkan pelan dari balik baju di bagian punggungnya, naik ke atas ke arah tali BH-nya, lalu dikeluarkan lagi, tangan yang sebelah lagi remas-remas payudaranya dari balik bajunya, dia cuma merem-merem saja mencoba menikmati, sampai tanganku mulai nakal mencoba melepaskan tali behanya dari belakang, dia sedikit takut kalau sampai ada orang yang memergoki, lalu dia berusaha membenahi pakaian, namun behanya sudah tercopot dan aku tarik keluar, sambil aku cium-ciumin, dia cuma senyum saja. Penisku sudah tegang sekali dari balik celana, lalu aku minta dia duduk di atas anuku (masih pakai celana). Dia ragu-ragu namun saya sedikit memaksa, akhirnya dia mau juga, aku tanya dia berasa tidak kalau anuku sudah keras, dia lalu menurunkan tangannya remas-remas kepala penis aku, terus dia ngangguk-ngangguk saja. Aku ajak tangannya supaya menyelipkan ke dalam celanaku biar megang batang kebahagiaanku yang sudah sebegitu keras, "duhh.. sudah basah nihh", kata dia memelas. Langsung tanganku juga nyelip ke dalam celana panjangnya yang sudah dilonggarkan sedikit, turun pelan-pelan mengenai daratan yang ditumbuhi bulu-bulu yang terasa lebat sekali dan rapat, sampai ke bawah sekali, uhh, rupanya siapa yang sudah lebih basah. Rika cuma merem-merem saja saat liang kewanitaannya di bagian yang berjendolnya aku main-mainin pakai jari dan begitu saya dorong jari saya ke lubang kenikmatannya dia tidak begitu suka, dia lebih suka di main-mainkan di bibirya saja yang berasa kayak ada kacang basah begitu "Lebih nikmat" kata dia begitu.
Akhirnya sambil saya main-mainin. Aku bisik-bisik terus minta cari ruangan di mana saya bisa telanjang berdua dan berhubungan badan dengan dia, dia nya pertama-tama masih takut, takut dipergoki satpam yang berjaga-jaga di luar. Cuma akhirnya dia sudah nafsu juga dan akhirnya menarik tangan saya ke salah satu ruangan yang lain. "Awas.. ini kantor bos aku.. kudu ati-ati.." katanya. Aku narik salah satu bangku yang ada dan duduk diatasnya. seraya meloroti celanaku dan dia terkejut lihat penisku yang panjangnya 15 cm sudah mengacung-acung, dia juga melucuti pakaiannya satu-satu dan seraya mengarahkan kedua pahanya di antara kedua kakiku. Aku pegang pahanya yang basah oleh keringat dan menciumi payudaranya yang mengeras, ujung putingnya cukup besar dan dia begitu kenikmatan saat di puntir-puntir oleh lidahku dan disedot-sedot begitu hebatnya. ".. Rik.. masukin dongg.. ssh masukin dong", pintaku, namun karena masih perawan, dia coba duduki anuku yang kejang dan mengarahkan lubang senggamanya ke anuku, masih susah ". Duh anuku masih rapet nih.." katanya mendesah, ".. Susah" desahnya.
Akhirnya kami hanya mengadu-adu kemaluan kami berdua, ughh.. begitu nikmatnya, walaupun nggak dimasukin namun tetap saja rasanya tidak kalah hebatnya, karena cairan yang dikeluarkan dari Rika sudah sedemikian banyaknya, membasahi permukaan selangkangannya dan penisku. Suara gesekan bulu kemaluan yang gemerisik dan pantatnya yang kuat menggoyang-goyang, aku pun tidak mau kalah menghentak hentak ke atas anuku, "ohh.. shh... ahh.. ughh.. ahh.. aduh, tidak kuat lagi,.. Enak banget, ahh..." Cratt!! crrtt, cairan putihku pun berhamburan kemana-mana, membasahi rambut-rambut kemaluanku dan kemaluan Rika, dia tersenyum manja, lalu kami berciuman dan ia mengambilkan aku tissue dan lalu membenahi pakaian dan pergi ke WC untuk membersihkan diri
Tidak tahunya Rika adalah wanita yang bernapsu besar dalam seks, namun dia masih ingin mempertahankan keperawanannya. Jadi cuma boleh sebatas di luar menyentuh bibir kemaluan, nggak sampai menerobos ke dalam. Lah, lagian perempuan kalau sudah di dalam posisi seks gimana bisa menolak? (bisa-bisa diperkosa laki-laki) namun aku bukan tipe yang kaya begitu.
Suatu hari aku diundang ke kantornya, bertandang aku ke kantornya sore-sorean, terus dia senang sekali melihat aku datang, karena sudah lama tidak ketemu, namun pertama kali ketemu tidak sampai se-hot ini akhirnya. Sesampai di kantornya langsung tanganku ditarik ke kantornya. Terus dia menunjukkan ruangan kerjanya, yang mana dia biasa chatting sama aku lewat komputer. Ruangannya memang tertata rapih dan punya kesan eksklusif dan lagi tampaknya kantornya terawat rapih dan masih baru, yang pasti perusahaan asing lebih bermodal dari perusahaan lokal. Oke, lalu kita duduk-duduk berdampingan sambil menyalakan chatting program, sambil ngobrol-ngobrol, saya berusaha terus dempet-dempet badan dia, sambil berusaha membelokkan pembicaraan ke arah-arah seks, yang mana sering kita bicarakan lewat chating line dan katanya dia sering mastrubasi di rumahnya kalau sehabis chat sama aku di hari kerjanya, malahan dia pernah mastrubasi langsung di WC kantornya, lagian nggak tahan aku pancing-pancing gairah seksnya, dengan membayangkan seolah-olah aku ada di situ dan menyapu seluruh tubuhnya dengan ciuman dan jilatan dan sentuhan-sentuhan, terutama bagian vitalnya yang selalu di usahakan lebih hot dengan seolah-olah penisku di gosok-gosok di sekitar klitorisnya dan Rika tahu betul cara menikmati mastrubasi dan juga mudah terpancing napsunya. Lalu setelah saya dempet-dempet akhirnya aku cium pelan-pelan pipinya dan dia diam saja dan setengah menolehkan wajahnya seraya memberikan bibirnya, langsung saja saya beri ciuman-ciuman yang melumatkan di sekitar permukaan bibirnya sambil memainkan dari atas ke bawah dan menggigit-gigit dan menyedot bibirnya. Mungkin dia kaget dengan cara ciuman aku yang begitu "handal", namun aku tidak pernah bilang sama dia kalau aku sudah tidak perawan sebagai laki-laki.
Aku selipkan pelan dari balik baju di bagian punggungnya, naik ke atas ke arah tali BH-nya, lalu dikeluarkan lagi, tangan yang sebelah lagi remas-remas payudaranya dari balik bajunya, dia cuma merem-merem saja mencoba menikmati, sampai tanganku mulai nakal mencoba melepaskan tali behanya dari belakang, dia sedikit takut kalau sampai ada orang yang memergoki, lalu dia berusaha membenahi pakaian, namun behanya sudah tercopot dan aku tarik keluar, sambil aku cium-ciumin, dia cuma senyum saja. Penisku sudah tegang sekali dari balik celana, lalu aku minta dia duduk di atas anuku (masih pakai celana). Dia ragu-ragu namun saya sedikit memaksa, akhirnya dia mau juga, aku tanya dia berasa tidak kalau anuku sudah keras, dia lalu menurunkan tangannya remas-remas kepala penis aku, terus dia ngangguk-ngangguk saja. Aku ajak tangannya supaya menyelipkan ke dalam celanaku biar megang batang kebahagiaanku yang sudah sebegitu keras, "duhh.. sudah basah nihh", kata dia memelas. Langsung tanganku juga nyelip ke dalam celana panjangnya yang sudah dilonggarkan sedikit, turun pelan-pelan mengenai daratan yang ditumbuhi bulu-bulu yang terasa lebat sekali dan rapat, sampai ke bawah sekali, uhh, rupanya siapa yang sudah lebih basah. Rika cuma merem-merem saja saat liang kewanitaannya di bagian yang berjendolnya aku main-mainin pakai jari dan begitu saya dorong jari saya ke lubang kenikmatannya dia tidak begitu suka, dia lebih suka di main-mainkan di bibirya saja yang berasa kayak ada kacang basah begitu "Lebih nikmat" kata dia begitu.
Akhirnya sambil saya main-mainin. Aku bisik-bisik terus minta cari ruangan di mana saya bisa telanjang berdua dan berhubungan badan dengan dia, dia nya pertama-tama masih takut, takut dipergoki satpam yang berjaga-jaga di luar. Cuma akhirnya dia sudah nafsu juga dan akhirnya menarik tangan saya ke salah satu ruangan yang lain. "Awas.. ini kantor bos aku.. kudu ati-ati.." katanya. Aku narik salah satu bangku yang ada dan duduk diatasnya. seraya meloroti celanaku dan dia terkejut lihat penisku yang panjangnya 15 cm sudah mengacung-acung, dia juga melucuti pakaiannya satu-satu dan seraya mengarahkan kedua pahanya di antara kedua kakiku. Aku pegang pahanya yang basah oleh keringat dan menciumi payudaranya yang mengeras, ujung putingnya cukup besar dan dia begitu kenikmatan saat di puntir-puntir oleh lidahku dan disedot-sedot begitu hebatnya. ".. Rik.. masukin dongg.. ssh masukin dong", pintaku, namun karena masih perawan, dia coba duduki anuku yang kejang dan mengarahkan lubang senggamanya ke anuku, masih susah ". Duh anuku masih rapet nih.." katanya mendesah, ".. Susah" desahnya.
Akhirnya kami hanya mengadu-adu kemaluan kami berdua, ughh.. begitu nikmatnya, walaupun nggak dimasukin namun tetap saja rasanya tidak kalah hebatnya, karena cairan yang dikeluarkan dari Rika sudah sedemikian banyaknya, membasahi permukaan selangkangannya dan penisku. Suara gesekan bulu kemaluan yang gemerisik dan pantatnya yang kuat menggoyang-goyang, aku pun tidak mau kalah menghentak hentak ke atas anuku, "ohh.. shh... ahh.. ughh.. ahh.. aduh, tidak kuat lagi,.. Enak banget, ahh..." Cratt!! crrtt, cairan putihku pun berhamburan kemana-mana, membasahi rambut-rambut kemaluanku dan kemaluan Rika, dia tersenyum manja, lalu kami berciuman dan ia mengambilkan aku tissue dan lalu membenahi pakaian dan pergi ke WC untuk membersihkan diri
Pengalamanku yang Menyenangkan 02
Om Bayu kemudian bangun dan mulai melepaskan pakaiannya. Aku, yang baru pertama kali mengalami orgasme, merasakan badanku lemas tak bertenaga, sehingga hanya bisa memandang saja apa yang sedang dilakukan oleh Om Bayu. Mula-mula Om Bayu membuka kemejanya yang dilemparkan ke sudut kamar, kemudian secara cepat dia melepaskan celana panjangnya, sehingga sekarang dia hanya memakai CD saja. Aku agak ngeri juga melihat badannya yang tinggi besar itu tidak berpakaian. Akan tetapi ketika tatapan mataku secara tak sengaja melihat ke bawah, aku sangat terkejut melihat tonjolan besar yang masih tertutup oleh CD-nya, mecuat ke depan. Kedua tangan Om Bayu mulai menarik CD-nya ke bawah secara perlahan-lahan, sambil matanya terus menatapku.
Pengalamanku yang Menyenangkan 01
Namaku Rini, usiaku sekarang 23 tahun, aku bekerja sebagai salah satu karyawati di BUMN besar di Jakarta. Oh ya, kata temen-temen sih aku memiliki wajah yang cantik, dengan rambut sebahu, kulitku kuning langsat, tinggi 163 cm, dengan tubuh yang langsing dan seksi. Aku ingin menceritakan pengalaman seksku yang pertama justru dari teman baik ayahku sendiri, peristiwa yang tak kuduga ini terjadi ketika aku baru saja akan masuk kelas 2 SMP, ketika aku masih tinggal di Yogya. Teman ayah itu bernama, Om Bayu dan aku sendiri memanggilnya Om. Karena hubungan yang sudah sangat dekat dengan Om Bayu, ia sudah dianggap seperti saudara sendiri di rumahku. Om Bayu wajahnya sangat tampan, wajahnya tampak jauh lebih muda dari ayahku, karena memang usianya berbeda agak jauh, usia Om Bayu ketika itu sekitar 28 tahun. Selain tampan, Om Bayu memiliki tubuh yang tinggi tegap, dengan dada yang bidang.
Pembantuku yang Menggairahkan
Pada waktu pertama kali dia masuk, aku mulai tertarik melihat payudaranya yang montok, ingin rasanya aku meremasnya dan memasukkan barangku ke miliknya.
Kemudian setelah satu bulan berlalu aku mendapatkan kesempatan, ketika itu badannya agak demam dan aku menawarkan diri untuk menggosoknya dengan balsem yang aku punya. Dia pertama sich agak ragu, kemudian karena aku terus mendesak, dengan terpaksa dia mengijinkan aku mengerokinya. Aku buka ritsluitingnya dan aku mulai mengeroknya. "Boleh nggak kubuka BH kamu?" tanyaku waktu itu. "Untuk apa?" tanyanya balik. "Ya supaya saya bisa ngerok kamu dan menggosok badan kamu dengan balsem." jawabku dan tanpa menanti jawaban serta ijinnya aku langsung buka BH-nya. "Gila... payudaranya montok banget" kataku dalam batin ingin rasanya aku meremasnya, kuperkirakan ukurannya minimal 36B, lama kelamaan aku tak tahan dan meremasnya dan sialnya dia teriak "Jangan gitu". Tapi karena nafsu telah menguasai batok kepalaku, tak kuat lagi aku menghentikan tanganku yang masih terus menggerayangi dadanya yang ranum menggairahkan itu. Kemudian dia bangkit dari tempat tidur, membenahi pakaiannya dan keluar kamarku, dia masuk ke kamarnya.
Kemudian setelah satu bulan berlalu aku mendapatkan kesempatan, ketika itu badannya agak demam dan aku menawarkan diri untuk menggosoknya dengan balsem yang aku punya. Dia pertama sich agak ragu, kemudian karena aku terus mendesak, dengan terpaksa dia mengijinkan aku mengerokinya. Aku buka ritsluitingnya dan aku mulai mengeroknya. "Boleh nggak kubuka BH kamu?" tanyaku waktu itu. "Untuk apa?" tanyanya balik. "Ya supaya saya bisa ngerok kamu dan menggosok badan kamu dengan balsem." jawabku dan tanpa menanti jawaban serta ijinnya aku langsung buka BH-nya. "Gila... payudaranya montok banget" kataku dalam batin ingin rasanya aku meremasnya, kuperkirakan ukurannya minimal 36B, lama kelamaan aku tak tahan dan meremasnya dan sialnya dia teriak "Jangan gitu". Tapi karena nafsu telah menguasai batok kepalaku, tak kuat lagi aku menghentikan tanganku yang masih terus menggerayangi dadanya yang ranum menggairahkan itu. Kemudian dia bangkit dari tempat tidur, membenahi pakaiannya dan keluar kamarku, dia masuk ke kamarnya.
Bibiku Sayang
Kini aku sudah berusia 35 tahun dan sudah mempunyai seorang istri dan dua orang anak. Kisah yang kualami terjadi ketika aku berusia kurang lebih 25 tahun sewaktu aku masih menjadi salah seorang mahasiswa tingkat akhir. Waktu itu aku tinggal disalah satu tempat pemondokan (kost) bersama teman-teman mahasiswa yang lain kurang lebih sebanyak 20 orang. Untuk meringankan tugas kami sehari-hari, kami mempunyai seorang pembantu wanita (bibi) yang bertugas memasak, mencuci, dan menyapu. Usia bibi pada saat itu kurang lebih 40 tahunan, sudah bersuami dan mempunyai anak, putri sulungnya pada saat itu sudah SMA. Bibi bekerja di tempat kami dari pagi sampai sore (pagi-pagi datang dan sorenya pulang ke rumahnya). Karena bibi bekerja di tempat kami sudah cukup lama maka hubunganku dengan bibi cukup akrab. Aku tidak sungkan-sungkan lagi berbicara dengan bibi sampai menjurus kearah hal-hal yang berbau seks.
Mahasiswiku Kekasihku
Namaku D, aku dipaksa kawin demi kelancaran bisnis orang tuaku. Istriku dari keluarga kaya, menghabiskan uang bapaknya terus, dan tidak pernah menghargaiku. Setelah 3 tahun kawin tanpa anak, aku pilih cerai dan pergi dari kota asalku B. Aku sebagai insinyur arsitek kemudian bekerja di kota J sebagai pemborong kecil-kecilan. Aku juga bekerja sebagai asisten di Universitas T. Dalam umur 31 tahun ini, barulah aku merasakan hidup bebas, meskipun tidaklah kaya secara materi.
Pijat Payudara
Cerita ini terjadi waktu saya berumur 15 ketika itu, waktu saya liburan di rumah teman Om saya di kota Jakarta, sebut saja nama teman Om saya Dody. Om Dody mempunyai istri namanya Tante Rina. Umur Om Dody kira-kita 40 tahun sedangkan Tante Rina berumur 31 dan mereka mempunyai anak berumur 5 tahun bernama Dino. Om Dody adalah teman baik dan rekan bisnis Om saya. Tante Rina Seorang wanita yang cantik dan mempunyai tubuh yang indah terutama bagian payudara yang indah dan besar. Keindahan payudaranya tersebut dikarenakan Tante Rina rajin meminum jamu dan memijat payudaranya. Selama menginap di sana perhatian saya selalu pada payudaranya Tante Rina. Tak terasa sudah hampir seminggu saya menginap di sana, suatu siang (saat Om Dody pergi ke kantor dan Dino pergi rumah neneknya) Tante Rina memanggilku dari dalam kamarnya. Ketika saya masuk ke kamar Tante Rina, tampak tante cuma mengenakan kaos kutung tanpa menggunakan bra sehingga dadanya yang indah telihat nampak membungsung.
Aku yang Dimadu
Sebut saja namaku Christine, aku berasal dari kota S. Pendidikanku cukup baik, aku selalu berhasil dengan baik dalam tiap pelajaran, bahkan aku dapat lulus dari perguruan tinggi dengan IP yang sangat baik. Tetapi itu semua tidak menjamin kebahagiaan, aku dididik dengan pendidikan yang kolot, serius, sehingga aku cenderung menjadi orang yang kuper dan pendiam. Namun itu tidak menyulitkanku dalam hal perjodohan, karena banyak orang mengatakan bahwa aku cantik, dan memiliki mata yang bundar, aku tidak terlalu memahami apa yang mereka katakan, namun kebanyakan pria yang mendekatiku mengatakan hal serupa.
Karena itulah dalam usia yang relatif muda, 21 tahun aku berhasil menemukan jodoh yang baik, dia cukup kaya dan orangnya pengertian walaupun usianya jauh lebih tua dari aku, 31 tahun, maklum karena aku selama ini dibesarkan dengan didikan orang tua yang otoriter sehingga suamiku juga cukup selektif karena Mama hanya memperbolehkan orang yang qualified menurutnya untuk apel ke rumahku, bila pria yang apel ke rumahku berkesan norak dan hanya membawa kendaraan roda dua, jangan harap Mama akan mengijinkannya untuk apel lagi.
Karena itulah dalam usia yang relatif muda, 21 tahun aku berhasil menemukan jodoh yang baik, dia cukup kaya dan orangnya pengertian walaupun usianya jauh lebih tua dari aku, 31 tahun, maklum karena aku selama ini dibesarkan dengan didikan orang tua yang otoriter sehingga suamiku juga cukup selektif karena Mama hanya memperbolehkan orang yang qualified menurutnya untuk apel ke rumahku, bila pria yang apel ke rumahku berkesan norak dan hanya membawa kendaraan roda dua, jangan harap Mama akan mengijinkannya untuk apel lagi.
Luci
Kejadian ini 1 tahun lalu, saat itu saya masih kuliah semester akhir di Jakarta. Nama cewek ini Luci, waktu itu saya dikenalkan oleh temanku. Saat itu saya sedang pulang kampung, soalnya liburan semester. Orangnya cantik sekali, potongan rambutnya pendek seleher, kulitnya putih, bodinya oke, dan cukup supel juga. Tidak heran kalau temanku bilang dia naksir berat pada Luci. Luci waktu itu masih kelas 2 SMU. Waktu itu kebetulan lagi libur catur wulan dan kami merencanakan untuk pergi menginap di villa salah seorang teman selama 4 hari.
Rasanya...
Saya punya kisah nyata, begini..., saya punya teman-teman cewek di sini (Amerika).., nah diantara teman-temanku ada yang bernama Lia, yang baru 19 tahun. Dia tinggal berdua di apartement mewah dekat kampusku, saya senang bergaul dengan mereka soalnya mereka baik dan sedikit vulgar kalau bicara, jadi asyiklah..., nah suatu saat saya sedang ke apartemen mereka dan mulailah bercerita-cerita.
"Eh Lia apa kabar cowok kamu", saya mulai bertanya.
"Saya masih kangen nih soalnya kan baru minggu kemarin dia pulang, sekarang saya kesepian lagi nih", desahnya.
"Tenang aja, kan di sini ada saya dan teman-teman yang lain, iya kan", jawabku.
"Iya tapi kan sekarang tidurnya sendiri", jawabnya enteng.
"Eh.., gimana pelayanan cowok kamu", tanyaku sambil bercanda.., eh Lia malah jawab serius...
"Gini Sin..., saya bingung sama barang cowok saya, punyanya besar lho kemarin saya ukur panjangnya 17 cm tapi kenapa saya kok tidak pernah bisa merasakan orgasme ya padahal dia sudah bertahan 15 menit..., oh nasib, nasib...", Bisiknya dengan muka sedikit sedih.
"Eh kamu beneran mau tahu rasanya orgasme gimana, kalau kamu mau saya bisa bantu, tidak usah sampai penetrasi kok", jawabku sambil tersenyum
"Mau", jawabnya cepat.
"Tapi syaratnya kamu mesti tenang dan berusaha untuk menikmatinya oke", jawabku.
Cepat saja kubuka kancing bajunya satu persatu..., terlihat payudaranya yang kecil tapi montok dan putih. Lalu kucium dia mulai dari bibirnya yang tipis terus turun ke leher dan kumainkan putingnya yang masih kecil itu. Dia mengerang kegelian dan kelihatannya dia sudah mulai terangsang. Lalu mulai kumasukkan tanganku ke rok mininya, dan ternyata liang kewanitaannya sudah basah. Saya mainkan clitorisnya dan sedikit sedikit kumasukkan jariku, dia terlihat enjoy sekali.
"Mau saya cium memek kamu Li..? bisikku pelan.
"Mau," jawabnya cepat.
Lalu kubuka celana dalamnya dan terlihat jelas liang kewanitaannya, begitu basah dan merah. Akhirnya kucium dan kumainkan dengan lidahku.
"Gimana rasanya sudah naik belum," tanyaku.
"Iya nikmat kayaknya saya bisa deh," katanya sambil mengerang.
"Sin masukin aja yah," bisiknya manja.
"Oke," jawabku singkat, secepat kilat kukeluarkan penisku yang sudah menegang. Saya setubuhi dia dari depan dengan kedua kakinya terbuka, saya mainkan dia sampai 10 menit, kemudian dia bilang "Kok saya belum bisa sih", katanya mendesah.
"Tenang Li..., kita ganti posisi sekarang kamu di atasku", balasku mesra.
"Nah ini baru nikmat", katanya.
Setelah 10 menit, dengan posisi itu belum ada tanda-tanda dia akan orgasme, walaupun posisi itu menurut buku seks paling nikmat buat cewek. Nah saya ingat pengalaman pertamaku waktu bikin puas temanku yang lain.
"Li ini gaya yang paling nikmat, saya di belakangmu dan kamu rapatkan kakimu", bisikku mesra, segera saja terasa liang kewanitaannya yang semakin rapat dan Lia terus berteriak keenakan.
"Terus Sin teruss..., saya hampir nih..., ahh", desahnya terdengar sampai ke luar kamar.
"Gimana", tanyaku.
"Wah nikmat sekali rasanya yah", terlihat mukanya yang lucu itu kelihatan senang sekali.
"Boleh aku yang keluar", tanyaku.
"Boleh yang cepat ya", pintanya. Lalu saya kocok penisku sampai saya keluar di dalam liang senggamanya, terlihat dia panik.
"Sin kok di dalam sih nanti saya hamil gimana", bisiknya dengan sedikit protes.
"Tenang aja", jawabku, "kan ada 'Pil KB' nanti saya beli di apotek", terlihat dia tenang dan langsung memelukku.
"Wah kamu hebat Sin, sudah bertahun-tahun aku meginginkan ini, terima kasih", ucapnya berulang-ulang sambil menciumku.
"Wah ternyata barang yang lebih kecil lebih oke yah", ucapnya. Kontan saja saya merah mukanya dan tertawa.
"Nah biar cuma 13 centi tapi yang penting permainannya kan?", godaku nakal, dia mengangguk malu dan tertawa lucu sekali.
"Cup cup besok lagi ya", bisiknya.
"Eh Lia apa kabar cowok kamu", saya mulai bertanya.
"Saya masih kangen nih soalnya kan baru minggu kemarin dia pulang, sekarang saya kesepian lagi nih", desahnya.
"Tenang aja, kan di sini ada saya dan teman-teman yang lain, iya kan", jawabku.
"Iya tapi kan sekarang tidurnya sendiri", jawabnya enteng.
"Eh.., gimana pelayanan cowok kamu", tanyaku sambil bercanda.., eh Lia malah jawab serius...
"Gini Sin..., saya bingung sama barang cowok saya, punyanya besar lho kemarin saya ukur panjangnya 17 cm tapi kenapa saya kok tidak pernah bisa merasakan orgasme ya padahal dia sudah bertahan 15 menit..., oh nasib, nasib...", Bisiknya dengan muka sedikit sedih.
"Eh kamu beneran mau tahu rasanya orgasme gimana, kalau kamu mau saya bisa bantu, tidak usah sampai penetrasi kok", jawabku sambil tersenyum
"Mau", jawabnya cepat.
"Tapi syaratnya kamu mesti tenang dan berusaha untuk menikmatinya oke", jawabku.
Cepat saja kubuka kancing bajunya satu persatu..., terlihat payudaranya yang kecil tapi montok dan putih. Lalu kucium dia mulai dari bibirnya yang tipis terus turun ke leher dan kumainkan putingnya yang masih kecil itu. Dia mengerang kegelian dan kelihatannya dia sudah mulai terangsang. Lalu mulai kumasukkan tanganku ke rok mininya, dan ternyata liang kewanitaannya sudah basah. Saya mainkan clitorisnya dan sedikit sedikit kumasukkan jariku, dia terlihat enjoy sekali.
"Mau saya cium memek kamu Li..? bisikku pelan.
"Mau," jawabnya cepat.
Lalu kubuka celana dalamnya dan terlihat jelas liang kewanitaannya, begitu basah dan merah. Akhirnya kucium dan kumainkan dengan lidahku.
"Gimana rasanya sudah naik belum," tanyaku.
"Iya nikmat kayaknya saya bisa deh," katanya sambil mengerang.
"Sin masukin aja yah," bisiknya manja.
"Oke," jawabku singkat, secepat kilat kukeluarkan penisku yang sudah menegang. Saya setubuhi dia dari depan dengan kedua kakinya terbuka, saya mainkan dia sampai 10 menit, kemudian dia bilang "Kok saya belum bisa sih", katanya mendesah.
"Tenang Li..., kita ganti posisi sekarang kamu di atasku", balasku mesra.
"Nah ini baru nikmat", katanya.
Setelah 10 menit, dengan posisi itu belum ada tanda-tanda dia akan orgasme, walaupun posisi itu menurut buku seks paling nikmat buat cewek. Nah saya ingat pengalaman pertamaku waktu bikin puas temanku yang lain.
"Li ini gaya yang paling nikmat, saya di belakangmu dan kamu rapatkan kakimu", bisikku mesra, segera saja terasa liang kewanitaannya yang semakin rapat dan Lia terus berteriak keenakan.
"Terus Sin teruss..., saya hampir nih..., ahh", desahnya terdengar sampai ke luar kamar.
"Gimana", tanyaku.
"Wah nikmat sekali rasanya yah", terlihat mukanya yang lucu itu kelihatan senang sekali.
"Boleh aku yang keluar", tanyaku.
"Boleh yang cepat ya", pintanya. Lalu saya kocok penisku sampai saya keluar di dalam liang senggamanya, terlihat dia panik.
"Sin kok di dalam sih nanti saya hamil gimana", bisiknya dengan sedikit protes.
"Tenang aja", jawabku, "kan ada 'Pil KB' nanti saya beli di apotek", terlihat dia tenang dan langsung memelukku.
"Wah kamu hebat Sin, sudah bertahun-tahun aku meginginkan ini, terima kasih", ucapnya berulang-ulang sambil menciumku.
"Wah ternyata barang yang lebih kecil lebih oke yah", ucapnya. Kontan saja saya merah mukanya dan tertawa.
"Nah biar cuma 13 centi tapi yang penting permainannya kan?", godaku nakal, dia mengangguk malu dan tertawa lucu sekali.
"Cup cup besok lagi ya", bisiknya.
Kenikmatan yang Terkubur
Kisahku ini terjadi pada waktu aku masih kuliah disebuah universitas negeri dikota L. Namaku Ivan, dikampus aku dikenal bukan saja oleh mahasiswa seletingku tapi juga kakak-kakak leting dan adik-adik letingku. Mungkin ini semua patut kusyukuri karena aku mempunyai wajah yang tampan menurut teman-temanku. Ada saja tanggapan mereka tentang diriku hingga bisa-bisanya mereka menjuluki aku "Abang Tampan". Memang wajahku diberi kelebihan sedikit oleh yang maha kuasa, rambut gondrong dengan alis yang bersambung, hidung mancung, bibir merah serta dilengkapi dengan jambang yang panjang. Dan bukannya aku sombong, mukaku tak pernah dihinggapi oleh yang namanya jerawat.
Pesona Kota
Aku adalah seorang "Computer Engineer" yang selalu dinas keliling Indonesia guna melayani customer perusahaan tempatku bekerja. Satu saat tepatnya bulan Juni 1994, aku ditugaskan ke kota Y. Sesampai di stasiun kereta api jam 8 pagi aku langsung naik becak dan melintas jalan M yang cukup terkenal lalu meminta kepada tukang becak untuk segera diantar ke hotel yang mempunyai cukup fasilitas. Aku menurunkan tas koperku di depan hotel M. Setelah cukup istirahat aku berniat ingin sarapan, karena semalam di kereta api aku tidak makan. Namun ketika keluar dan akan mengunci pintu kamar, aku terkejut melihat beberapa wanita memakai pakaian swimsuit melintas di belakangku. "Ada apa gerangan?", dalam hati aku bertanya.
Rasa ingin tahuku begitu besar, sehingga membuat perutku rasanya menjadi kenyang. Aku coba mengikuti para wanita tersebut dari belakang dan..., woww..., betapa bahenolnya pantat mereka. Sesaat aku berhenti dan..., ternyata mereka adalah pengujung biasa yang hanya ingin latihan fitness.
Beberapa saat aku memperhatikan mereka, dan ketika itu juga terdengar suara wanita menggoda menyapaku "Mau fitness juga Mas?", aku mencoba berbalik badan..., ya ampun!, seorang wanita memakai swimsuit warna pink dengan body yang aduhai dan mempunyai rambut lurus terurai hingga pundak menghampiriku sambil tersenyum.
"Wah senyumnya begitu menggoda pikirku dalam hati", hingga aku sejenak terdiam bagai patung tapi biji mataku berjalan dari atas ke bawah memperhatikan wanita tersebut yang mempunyai kaki begitu panjang dan indah. "Ohh..., tidak!, hanya lihat-lihat saja", jawabku.
"Mas..., dari Jakarta?" wanita tersebut kembali bertanya.
"Iya..., saya sedang tugas ke sini, dan kebetulan saya menginap di hotel ini, anda sendiri sedang apa disini?" aku memberanikan diri balik bertanya.
"Sebenarnya aku ke sini mau fitness, tapi sudah full..., jadi aku mengubah rencana ingin berenang saja, kebetulan kolam renangnya bersebelahan dengan ruangan fitness".
Kesunyian memecahkan pembicaraan kami sejenak..., dan "Oh, ya.., Bambang namaku.., kamu siapa?", aku mencoba berkenalan.
"Namaku Vina..., aku juga orang Jakarta, aku kuliah di sini, aku sering ke hotel ini hanya untuk fitness dan berenang" jawab Vina.
"Kalau begitu kita sama-sama saja ke kolam renang," aku coba mengajak.
"Emang Mas Bambang mau berenang juga", tanya Vina. Aku terkejut sambil menelan ludah..., gawat! aku kan nggak bisa berenang yachh..., ",pikirku dalam hati. "Oh, tidak..., tidak! kamu saja yang berenang, aku pesan makanan dan minuman, kebetulan aku belum sarapan", jawabku sambil memanggil pelayan.
"Oke dech kalau begitu..., Vina sekalian minta minuman berenergi boleh nggak..?".
Langsung aku jawab, "Boleh-boleh..., mau berapa botol?", Byuurr Vina menjatuhkan badannya ke kolam", aku pesan satu botol saja yach...", jawab Vina manja dari dalam kolam.
Setelah 30 menit Vina baru beranjak dari kolam renang dan langsung glek.., glek.., glek.., satu botol kecil minuman berenergi langsung kering diteguk Vina. "Pantas Vina mempunyai body begitu aduhai, dan pasti mempunyai gairah seks yang tinggi", aku mengira-ngira.
"Mas Bambang berapa lama di sini?", tanya Vina sambil mengusap-usap rambutnya dan menjatuhkan pantatnya di kursi malas di sampingku.
"Enggak lama kok, hanya 2 hari" jawabku berbohong, padahal aku harus 1 bulan menetap di kota Y, karena tugas yang akan aku lakukan cukup berat.
Angin sepoi-sepoi mengusap pembicaraan kami berdua, rasanya kami sudah cukup akrab meskipun perkenalan kami baru berlangsung beberapa jam dan tak terasa waktu menunjukan pukul 10 pagi.
"Kamu mandi dan ganti pakaian di kamarku saja", aku memberanikan diri memberi tawaran pada Vina yang sejak tadi melonjorkan badannya dengan tangan ke atas sehingga dengan bebas bulu ketiaknya menari-nari tertiup angin.
"Boleh dech...", jawab Vina singkat. Sampai di kamar, timbul rasa birahiku karena tergoda bentuk tubuh Vina yang menggigit seluruh persendianku.
"Mas..., nanti malam aku boleh ke sini nggak?, karena sekarang aku mau kuliah dulu, Mas juga kan mau tugas dulu kan..?", tanya Vina ketika keluar dari kamar mandi dengan pakaian sudah rapi. Pertanyaan Vina itu sekaligus mengundang ribuan setan mempengaruhi pikiranku mencari akal untuk merayu Vina agar dapat aku setubuhi. "Boleh..., datang saja", jawabku sambil memegang pundak Vina yang mempunyai umur 21 tahun tinggi badan 163 cm. Vina diam saja saat aku pegang pundaknya, malah dia menatapku tajam. Aku tak berdaya akan tatapan matanya yang begitu indah. Suasana hening..., dan perlahan aku goyangkan kepalaku untuk mencoba menyentuh bibirnya.
"Jangan Mas..., aku sudah pakai lipstik, nanti berantakan lagi" jawab Vina menolak dengan halus. Aku jadi penasaran, tapi aku yakin dari tatapan matanya tersembunyi ada kesan frustasi dalam diri Vina, tapi aku tidak mau mencoba berusaha tau ada apa sebenarnya yang terjadi tehadap diri Vina. Karena pikiranku sudah kacau termakan keindahan lekuk tubuh Vina yang begitu menggoda.
"Ting tong..., ting tong..., ting tong...", tepat pukul 7 malam suara bell kamar berbunyi 3 kali, aku segera menghampiri pintu dan saat kubuka..., wuuaahh kulihat Vina berdiri manis dengan mengenakan gaun tipis panjang warna biru muda dengan tali kecil di pundak hingga terlihat anggun. Terlihat bercak dua bulatan BH di dadanya dan celana dalam mungil yang tembus pandang tersorot lampu utama saat aku nyalakan.
"Mau mengajak jalan ke mana yach...? Kalau ke disco tidak mungkin, pasti makan malam, sebab Vina mengenakan pakaian resmi untuk pesta", dalam hati aku bertanya-tanya.
"Silakan masuk..., aku masih pakai handuk dan mau ganti pakaian dulu, aku baru selesai mandi", jawabku sambil menarik tangan Vina yang mulus putih bersih.
"Blaakk!" pintu kamar kututup dan..., terkejut aku tiba-tiba jemari lentik nan lembut memegang jemariku yang kasar yang setiap hari memegang obeng dan solder ketika aku mengunci pintu. Aku berbalik badan dan sambil berdiri langsung aku belai rambut Vina yang halus lurus terurai..., aku teruskan belaianku ke wajah Vina yang berbentuk oval dan terlihat ada rasa penyesalan bercampur keputus-asaan juga keinginan untuk melakukan persetubuhan yang paling melekat..., kulanjutkan belaianku menyusuri pundak..., "Ohh Mas...", jawab Vina lirih sambil memejamkan matanya isyarat meminta untuk dicium. Aku tatap bibirnya tidak berwarna merah muda lagi saat Vina pakai di siang hari tadi, mungkin ini menandakan aku boleh menciumnya. Aku dekap Vina dengan mesra seperti layaknya seorang istri di malam pertama. Dengan lembut aku hunjamkan ciuman dengan deras ke bibir Vina yang tipis menggoda. Tak disangka..., Vina membalas dengan menjulurkan lidahnya kedalam mulutku dan memainkannya dengan lihai. Aku segera membelai dan menciumi tengkuk leher panjang Vina sampai pundak dan..., ting..!, aku lepas tali gaunnya, hingga gaun terusan sampai kaki itu terjatuh ke lantai.
Kini hanya BH ukuran 36B tanpa tali ke pundak yang ada di hadapanku siap aku mangsa. "Ahh..., ouuhh..., Mass..., beri aku kepuasan.." terdengar suara Vina meminta dengan pasrah yang saat itu juga terdengar degupan jantung Vina yang berdetak keras dengan nafas terengah-engah apalagi disaat aku mencoba membuka BH-nya yang yang tipis berwarna putih. Wooww..., indah sekali buah dada Vina yang menonjol ke depan dengan puting kecil dan dikelilingi aurora yang kecil pula dan penuh kehangatan itu.
"oouuhh..., Mass..., isap..., isap dong Mass..." pinta Vina memelas.
Aku langsung melahap dua buah gunung kembar itu dengan hisapan dan jilatan yang liar sehingga membangunkan kemaluanku yang bersembunyi di balik handuk, sepertinya kemaluankupun sudah tidak sabar menggedor-gedor dan menjatuhkan handuk hingga aku kini telanjang bulat. Aku semakin gencar melancarkan serangan ke seluruh tubuh Vina yang wangi khas parfum true love, aku meremas buah dada kiri Vina dan menjilati buah dada kanan Vina sambil memeluk dan mengelus-eluskan tanganku di punggung Vina sampai ke pantat. Vina mendengus keenakan dan membuang kepalanya ke belakang dengan otomatis dadanya membusung ke depan dan makin tampak pula keindahan buah dadanya yang menonjol membesar. "Terus Mass..., ouugghh..., yang keras isapnya Mass...", Vina memaksa.
Perlahan aku pelorotkan celana dalam Vina yang tipis berwarna putih dan berbunga di tengahnya hingga dengkul dan tanpa dikomando aku telah benamkan kepalaku di hadapan liang kewanitaan Vina yang tersembunyi dibalik bulu-bulu halus yang lebat tak terkira. Ohh..., honey..., please go on..., ouuhh..., sepertinya Vina kurang bebas, akhirnya dia pelorotkan sendiri celana dalamnya sampai kini dia benar-benar bugil tanpa sehelai benangpun menempel di tubuh indahnya itu. Sambil berdiri Vina membuka kakinya lebar-lebar untuk menyerahkan lubang kenikmatannya yang menganga agar segera dijilat.
"sstt..., sluupp..., eehhmm..., ohh... Vina betapa sempitnya memekmu", pikirku yang terus membungkuk dan menjilati clitoris Vina yang nangkring di pintu gua yang penuh misterius namun penuh kenikmatan itu.
"uugghh..., oouuhh..., eehhmm..." Vina mendesah dan..., sseerr..., cairan madzi membanjiri liang kewanitaan yang membuatku semakin mudah meluncurkan kemaluanku untuk menembus liang kewanitaan Vina. Kebangkitan birahi Vina makin membara dan mulai memutar-mutarkan pantatnya yang gempal dan bulat seirama dengan jilatan lidahku yang lincah menari-nari di sekitara clitoris dengan sekali-sekali memasukan lidahku ke dalam gua yang gelap gulita. Vina menggelinjang keenakan. Aku begitu merasakan kenikmatan begitupun Vina yang menarik-narik rambutku dengan ganas..., bagai seorang wanita yang sudah lama haus menantikan kenikmatan yang tiada tara itu. "Oohh..., honey masukin cepat kemaluannya", pinta Vina tak sabar sambil menjatuhkan kedua tangannya ke sofa dan menjulurkan pantatnya ke belakang dengan kaki mengangkang.
Kini Vina dalam posisi berdiri menungging kebelakang siap menerima kemaluanku dari belakang. Sleebb..., kemaluanku menembus lorong gelap menuju singgasananya dengan perlahan.
"oouuhh..., nikmat sekali Maass..., terus perlahan Maass..., acchhkk..., jangan berhenti Maass..." Vina memohon lirih, diputar-putarkan pantatnya dari kiri ke kanan dan sebaliknya, sehingga rasa geli menyelimuti kemaluanku yang keluar masuk di liang senggama Vina yang sempit tapi lembut. Aku semakin mengganas tatkala aku dengar desahan Vina yang tiada hentinya.
"Oouugghh..., acchhkk..., yang cepat..., yang keras..., Mass..., Mass..., oouugghh..., Maass...!". Seerr..., terasa basah mengguyur kemaluanku yang masih berdiri tegak dengan panjang 14 Cm dan diameter 3.5 cm itu. Sehingga terdengar bunyi clep..., clep..., liang surga Vina mulai becek, Vina mengeluarkan kemaluanku dan..., slupp..., sluupp..., sstt..., Vina langsung melahap kemaluanku dan mengisap dengan rakusnya, sesekali dia julurkan lidahnya untuk menjilati dua buah biji kemaluanku hingga lubang anus yang membuatku mengelinjang kegelian.
Setelah puas memainkan kemaluanku, sepertinya Vina meminta kembali untuk diserang dan dia menarikku ke kamar mandi hingga ke bath tab dengan memegang kemaluanku. Aku seperti kerbau dungu yang mau menuruti perintah tuannya, namun jika kerbau yang ditarik hidungnya, tapi aku yang ditarik kemaluanku yang sedang menegang. Vina membuka kran air dingin tanpa air panasnya, jadi terasa dingin sekali tatkala kami berdua menjatuhkan diri kedalam bath tab tersebut..., namun tidak mengecilkan semangat kemaluankku yang masih terus menjulang tegang. Vina menutup air kran setelah bath tab terisi sedikit sekedar membasahi alas bath tab. Vina kembali menjilati kemaluanku..., selangkanganku. Aku tidak mau kalah, akhirnya aku bangkit dan aku tidur kembali membalikkan tubuhku sehingga kepalaku kini berada tepat di depan liang kewanitaan Vina yang telah dari tadi menganga minta dijilat. Dalam keadaan posisi 69, Vina berada di bawah dengan kaki merenggang diangkat ke sisi-sisi bath tab, Vina mengangkat pantatnya sambil digoyang-goyang dengan dengan cepat karena semakin geli oleh jilatan lidahku yang menusuk-nusuk hingga dalam.
"oouuhh..., Maass..., masukin sayang..., aku sudah nggak tahan nich...", Vina mengeluh minta dimasukin.
Akhirnya kami merubah posisi, giliran Vina yang berada di atas, sedang aku di bawah. Dengan posisi berjongkok Vina langsung menangkap kemaluanku dan menuntunnya masuk kedalam lubangnya yang sudah basah dengan campuran madzi dan air kran juga air ludahku. Sleebb..., sleebb..., perlahan Vina menaik-turunkan tubuhnya sambil memegang dadaku yang plontos tanpa bulu sedikitpun. Aku lihat mata Vina merem-melek keenakan sambil mengigit-gigitkan bibirnya yang mungil itu dengan sesekali mendesah. "Aahh..., acchh..., oouucchh..., Mass..., nikmat sekali, kamu hebat mass..., bisa bikin aku puas..., oouuhh! acchh...! uuhh..., baru kali ini aku merasakan kepuasan..., oouugghh...!", Vina mengerang merasakan kenikmatan yang tiada tara. Vina semakin mempercepat gerakannya dan terdengar suara bleb.., bleb.., yang begitu keras antara pantat Vina yang besar dengan pahaku, berpadu dengan suara teriakan Vina yang meminta ampun merasakan ngilu atas gesekan kemaluanku dengan liang kewanitaan Vina.
"Mass..., aku mau keluar lagi..., kita keluarin sama-sama yach say..?", pinta Vina lagi memelas dengan suara sedikit gemetaran menahan rasa nikmat yang segunung.
"uugghh..., honey..., aku mau keluar..., ayo sayang.., lebih cepat, lebih cepat lagi sayang..., ouugghh...!", aku mendengus. "oouuhh..,. aacckkhh...!!", Vina berteriak keras sambil menggaruk dadaku kuat-kuat merasakan kenikmatan dunia yang hebat itu. Cret.., cret.., cret..., cret..., cairan maniku membasahi lubang kenikmatan Vina dan terasa becek sekali, tapi rasa itu menghilang dengan secara mendadak kemaluanku yang masih mendarat di lubang kemaluan Vina dipijit dengan keras oleh liang senggama Vina yang kembang kempis. "Terima kasih ya Mas..., sudah memberi kepuasan kepada Vina" ucapan Vina membisik di telingaku dan Vina langsung terkulai lemas di atas tubuhku dan tanpa sadar dia terbaring lelap dengan keadaan telanjang bulat, indah dan mulus sekali tubuhnya walau sudah 3 kali orgasme, bau aroma True Love-nyapun tetap melekat di tubuhnya. Aku peluk tubuhnya dengan mesra dan akupun mulai tertidur, sebelumnya aku buka penyumbat air bath tab supaya airnya mengalir keluar dan tidak menggenang di dalam bath tub. "Kalau airnya nggak dibuang bisa masuk angin aku..., apalagi dalam keadaan capek begini", pikirku dalam hati
Kamipun tertidur lelap sampai pagi di dalam bath tab. Ternyata Vina wanita yang kawin diusia muda dan melanjutkan kuliah di kota "Y", tapi tidak pernah mendapatkan kepuasan seks dari suaminya, karena kemaluan suaminya lama sekali untuk bangun, sehingga kadang-kadang Vina sudah mencapai 3 kali orgasme sebelum rudal scud suaminya bangun dan masuk ke liang kewanitaan Vina. Jadi masih bisa dihitung baru 5 kali kemaluan suami Vina menyelam ke dalam liang senggama Vina. "Pantes..., memek Vina sempit seperti perawan", pikirku dalam hati. Dan semenjak itu setiap ada tugas ke kota "Y" aku selalu mengambilnya, dan sebelum berangkat aku telepon Vina dahulu.
Rasa ingin tahuku begitu besar, sehingga membuat perutku rasanya menjadi kenyang. Aku coba mengikuti para wanita tersebut dari belakang dan..., woww..., betapa bahenolnya pantat mereka. Sesaat aku berhenti dan..., ternyata mereka adalah pengujung biasa yang hanya ingin latihan fitness.
Beberapa saat aku memperhatikan mereka, dan ketika itu juga terdengar suara wanita menggoda menyapaku "Mau fitness juga Mas?", aku mencoba berbalik badan..., ya ampun!, seorang wanita memakai swimsuit warna pink dengan body yang aduhai dan mempunyai rambut lurus terurai hingga pundak menghampiriku sambil tersenyum.
"Wah senyumnya begitu menggoda pikirku dalam hati", hingga aku sejenak terdiam bagai patung tapi biji mataku berjalan dari atas ke bawah memperhatikan wanita tersebut yang mempunyai kaki begitu panjang dan indah. "Ohh..., tidak!, hanya lihat-lihat saja", jawabku.
"Mas..., dari Jakarta?" wanita tersebut kembali bertanya.
"Iya..., saya sedang tugas ke sini, dan kebetulan saya menginap di hotel ini, anda sendiri sedang apa disini?" aku memberanikan diri balik bertanya.
"Sebenarnya aku ke sini mau fitness, tapi sudah full..., jadi aku mengubah rencana ingin berenang saja, kebetulan kolam renangnya bersebelahan dengan ruangan fitness".
Kesunyian memecahkan pembicaraan kami sejenak..., dan "Oh, ya.., Bambang namaku.., kamu siapa?", aku mencoba berkenalan.
"Namaku Vina..., aku juga orang Jakarta, aku kuliah di sini, aku sering ke hotel ini hanya untuk fitness dan berenang" jawab Vina.
"Kalau begitu kita sama-sama saja ke kolam renang," aku coba mengajak.
"Emang Mas Bambang mau berenang juga", tanya Vina. Aku terkejut sambil menelan ludah..., gawat! aku kan nggak bisa berenang yachh..., ",pikirku dalam hati. "Oh, tidak..., tidak! kamu saja yang berenang, aku pesan makanan dan minuman, kebetulan aku belum sarapan", jawabku sambil memanggil pelayan.
"Oke dech kalau begitu..., Vina sekalian minta minuman berenergi boleh nggak..?".
Langsung aku jawab, "Boleh-boleh..., mau berapa botol?", Byuurr Vina menjatuhkan badannya ke kolam", aku pesan satu botol saja yach...", jawab Vina manja dari dalam kolam.
Setelah 30 menit Vina baru beranjak dari kolam renang dan langsung glek.., glek.., glek.., satu botol kecil minuman berenergi langsung kering diteguk Vina. "Pantas Vina mempunyai body begitu aduhai, dan pasti mempunyai gairah seks yang tinggi", aku mengira-ngira.
"Mas Bambang berapa lama di sini?", tanya Vina sambil mengusap-usap rambutnya dan menjatuhkan pantatnya di kursi malas di sampingku.
"Enggak lama kok, hanya 2 hari" jawabku berbohong, padahal aku harus 1 bulan menetap di kota Y, karena tugas yang akan aku lakukan cukup berat.
Angin sepoi-sepoi mengusap pembicaraan kami berdua, rasanya kami sudah cukup akrab meskipun perkenalan kami baru berlangsung beberapa jam dan tak terasa waktu menunjukan pukul 10 pagi.
"Kamu mandi dan ganti pakaian di kamarku saja", aku memberanikan diri memberi tawaran pada Vina yang sejak tadi melonjorkan badannya dengan tangan ke atas sehingga dengan bebas bulu ketiaknya menari-nari tertiup angin.
"Boleh dech...", jawab Vina singkat. Sampai di kamar, timbul rasa birahiku karena tergoda bentuk tubuh Vina yang menggigit seluruh persendianku.
"Mas..., nanti malam aku boleh ke sini nggak?, karena sekarang aku mau kuliah dulu, Mas juga kan mau tugas dulu kan..?", tanya Vina ketika keluar dari kamar mandi dengan pakaian sudah rapi. Pertanyaan Vina itu sekaligus mengundang ribuan setan mempengaruhi pikiranku mencari akal untuk merayu Vina agar dapat aku setubuhi. "Boleh..., datang saja", jawabku sambil memegang pundak Vina yang mempunyai umur 21 tahun tinggi badan 163 cm. Vina diam saja saat aku pegang pundaknya, malah dia menatapku tajam. Aku tak berdaya akan tatapan matanya yang begitu indah. Suasana hening..., dan perlahan aku goyangkan kepalaku untuk mencoba menyentuh bibirnya.
"Jangan Mas..., aku sudah pakai lipstik, nanti berantakan lagi" jawab Vina menolak dengan halus. Aku jadi penasaran, tapi aku yakin dari tatapan matanya tersembunyi ada kesan frustasi dalam diri Vina, tapi aku tidak mau mencoba berusaha tau ada apa sebenarnya yang terjadi tehadap diri Vina. Karena pikiranku sudah kacau termakan keindahan lekuk tubuh Vina yang begitu menggoda.
"Ting tong..., ting tong..., ting tong...", tepat pukul 7 malam suara bell kamar berbunyi 3 kali, aku segera menghampiri pintu dan saat kubuka..., wuuaahh kulihat Vina berdiri manis dengan mengenakan gaun tipis panjang warna biru muda dengan tali kecil di pundak hingga terlihat anggun. Terlihat bercak dua bulatan BH di dadanya dan celana dalam mungil yang tembus pandang tersorot lampu utama saat aku nyalakan.
"Mau mengajak jalan ke mana yach...? Kalau ke disco tidak mungkin, pasti makan malam, sebab Vina mengenakan pakaian resmi untuk pesta", dalam hati aku bertanya-tanya.
"Silakan masuk..., aku masih pakai handuk dan mau ganti pakaian dulu, aku baru selesai mandi", jawabku sambil menarik tangan Vina yang mulus putih bersih.
"Blaakk!" pintu kamar kututup dan..., terkejut aku tiba-tiba jemari lentik nan lembut memegang jemariku yang kasar yang setiap hari memegang obeng dan solder ketika aku mengunci pintu. Aku berbalik badan dan sambil berdiri langsung aku belai rambut Vina yang halus lurus terurai..., aku teruskan belaianku ke wajah Vina yang berbentuk oval dan terlihat ada rasa penyesalan bercampur keputus-asaan juga keinginan untuk melakukan persetubuhan yang paling melekat..., kulanjutkan belaianku menyusuri pundak..., "Ohh Mas...", jawab Vina lirih sambil memejamkan matanya isyarat meminta untuk dicium. Aku tatap bibirnya tidak berwarna merah muda lagi saat Vina pakai di siang hari tadi, mungkin ini menandakan aku boleh menciumnya. Aku dekap Vina dengan mesra seperti layaknya seorang istri di malam pertama. Dengan lembut aku hunjamkan ciuman dengan deras ke bibir Vina yang tipis menggoda. Tak disangka..., Vina membalas dengan menjulurkan lidahnya kedalam mulutku dan memainkannya dengan lihai. Aku segera membelai dan menciumi tengkuk leher panjang Vina sampai pundak dan..., ting..!, aku lepas tali gaunnya, hingga gaun terusan sampai kaki itu terjatuh ke lantai.
Kini hanya BH ukuran 36B tanpa tali ke pundak yang ada di hadapanku siap aku mangsa. "Ahh..., ouuhh..., Mass..., beri aku kepuasan.." terdengar suara Vina meminta dengan pasrah yang saat itu juga terdengar degupan jantung Vina yang berdetak keras dengan nafas terengah-engah apalagi disaat aku mencoba membuka BH-nya yang yang tipis berwarna putih. Wooww..., indah sekali buah dada Vina yang menonjol ke depan dengan puting kecil dan dikelilingi aurora yang kecil pula dan penuh kehangatan itu.
"oouuhh..., Mass..., isap..., isap dong Mass..." pinta Vina memelas.
Aku langsung melahap dua buah gunung kembar itu dengan hisapan dan jilatan yang liar sehingga membangunkan kemaluanku yang bersembunyi di balik handuk, sepertinya kemaluankupun sudah tidak sabar menggedor-gedor dan menjatuhkan handuk hingga aku kini telanjang bulat. Aku semakin gencar melancarkan serangan ke seluruh tubuh Vina yang wangi khas parfum true love, aku meremas buah dada kiri Vina dan menjilati buah dada kanan Vina sambil memeluk dan mengelus-eluskan tanganku di punggung Vina sampai ke pantat. Vina mendengus keenakan dan membuang kepalanya ke belakang dengan otomatis dadanya membusung ke depan dan makin tampak pula keindahan buah dadanya yang menonjol membesar. "Terus Mass..., ouugghh..., yang keras isapnya Mass...", Vina memaksa.
Perlahan aku pelorotkan celana dalam Vina yang tipis berwarna putih dan berbunga di tengahnya hingga dengkul dan tanpa dikomando aku telah benamkan kepalaku di hadapan liang kewanitaan Vina yang tersembunyi dibalik bulu-bulu halus yang lebat tak terkira. Ohh..., honey..., please go on..., ouuhh..., sepertinya Vina kurang bebas, akhirnya dia pelorotkan sendiri celana dalamnya sampai kini dia benar-benar bugil tanpa sehelai benangpun menempel di tubuh indahnya itu. Sambil berdiri Vina membuka kakinya lebar-lebar untuk menyerahkan lubang kenikmatannya yang menganga agar segera dijilat.
"sstt..., sluupp..., eehhmm..., ohh... Vina betapa sempitnya memekmu", pikirku yang terus membungkuk dan menjilati clitoris Vina yang nangkring di pintu gua yang penuh misterius namun penuh kenikmatan itu.
"uugghh..., oouuhh..., eehhmm..." Vina mendesah dan..., sseerr..., cairan madzi membanjiri liang kewanitaan yang membuatku semakin mudah meluncurkan kemaluanku untuk menembus liang kewanitaan Vina. Kebangkitan birahi Vina makin membara dan mulai memutar-mutarkan pantatnya yang gempal dan bulat seirama dengan jilatan lidahku yang lincah menari-nari di sekitara clitoris dengan sekali-sekali memasukan lidahku ke dalam gua yang gelap gulita. Vina menggelinjang keenakan. Aku begitu merasakan kenikmatan begitupun Vina yang menarik-narik rambutku dengan ganas..., bagai seorang wanita yang sudah lama haus menantikan kenikmatan yang tiada tara itu. "Oohh..., honey masukin cepat kemaluannya", pinta Vina tak sabar sambil menjatuhkan kedua tangannya ke sofa dan menjulurkan pantatnya ke belakang dengan kaki mengangkang.
Kini Vina dalam posisi berdiri menungging kebelakang siap menerima kemaluanku dari belakang. Sleebb..., kemaluanku menembus lorong gelap menuju singgasananya dengan perlahan.
"oouuhh..., nikmat sekali Maass..., terus perlahan Maass..., acchhkk..., jangan berhenti Maass..." Vina memohon lirih, diputar-putarkan pantatnya dari kiri ke kanan dan sebaliknya, sehingga rasa geli menyelimuti kemaluanku yang keluar masuk di liang senggama Vina yang sempit tapi lembut. Aku semakin mengganas tatkala aku dengar desahan Vina yang tiada hentinya.
"Oouugghh..., acchhkk..., yang cepat..., yang keras..., Mass..., Mass..., oouugghh..., Maass...!". Seerr..., terasa basah mengguyur kemaluanku yang masih berdiri tegak dengan panjang 14 Cm dan diameter 3.5 cm itu. Sehingga terdengar bunyi clep..., clep..., liang surga Vina mulai becek, Vina mengeluarkan kemaluanku dan..., slupp..., sluupp..., sstt..., Vina langsung melahap kemaluanku dan mengisap dengan rakusnya, sesekali dia julurkan lidahnya untuk menjilati dua buah biji kemaluanku hingga lubang anus yang membuatku mengelinjang kegelian.
Setelah puas memainkan kemaluanku, sepertinya Vina meminta kembali untuk diserang dan dia menarikku ke kamar mandi hingga ke bath tab dengan memegang kemaluanku. Aku seperti kerbau dungu yang mau menuruti perintah tuannya, namun jika kerbau yang ditarik hidungnya, tapi aku yang ditarik kemaluanku yang sedang menegang. Vina membuka kran air dingin tanpa air panasnya, jadi terasa dingin sekali tatkala kami berdua menjatuhkan diri kedalam bath tab tersebut..., namun tidak mengecilkan semangat kemaluankku yang masih terus menjulang tegang. Vina menutup air kran setelah bath tab terisi sedikit sekedar membasahi alas bath tab. Vina kembali menjilati kemaluanku..., selangkanganku. Aku tidak mau kalah, akhirnya aku bangkit dan aku tidur kembali membalikkan tubuhku sehingga kepalaku kini berada tepat di depan liang kewanitaan Vina yang telah dari tadi menganga minta dijilat. Dalam keadaan posisi 69, Vina berada di bawah dengan kaki merenggang diangkat ke sisi-sisi bath tab, Vina mengangkat pantatnya sambil digoyang-goyang dengan dengan cepat karena semakin geli oleh jilatan lidahku yang menusuk-nusuk hingga dalam.
"oouuhh..., Maass..., masukin sayang..., aku sudah nggak tahan nich...", Vina mengeluh minta dimasukin.
Akhirnya kami merubah posisi, giliran Vina yang berada di atas, sedang aku di bawah. Dengan posisi berjongkok Vina langsung menangkap kemaluanku dan menuntunnya masuk kedalam lubangnya yang sudah basah dengan campuran madzi dan air kran juga air ludahku. Sleebb..., sleebb..., perlahan Vina menaik-turunkan tubuhnya sambil memegang dadaku yang plontos tanpa bulu sedikitpun. Aku lihat mata Vina merem-melek keenakan sambil mengigit-gigitkan bibirnya yang mungil itu dengan sesekali mendesah. "Aahh..., acchh..., oouucchh..., Mass..., nikmat sekali, kamu hebat mass..., bisa bikin aku puas..., oouuhh! acchh...! uuhh..., baru kali ini aku merasakan kepuasan..., oouugghh...!", Vina mengerang merasakan kenikmatan yang tiada tara. Vina semakin mempercepat gerakannya dan terdengar suara bleb.., bleb.., yang begitu keras antara pantat Vina yang besar dengan pahaku, berpadu dengan suara teriakan Vina yang meminta ampun merasakan ngilu atas gesekan kemaluanku dengan liang kewanitaan Vina.
"Mass..., aku mau keluar lagi..., kita keluarin sama-sama yach say..?", pinta Vina lagi memelas dengan suara sedikit gemetaran menahan rasa nikmat yang segunung.
"uugghh..., honey..., aku mau keluar..., ayo sayang.., lebih cepat, lebih cepat lagi sayang..., ouugghh...!", aku mendengus. "oouuhh..,. aacckkhh...!!", Vina berteriak keras sambil menggaruk dadaku kuat-kuat merasakan kenikmatan dunia yang hebat itu. Cret.., cret.., cret..., cret..., cairan maniku membasahi lubang kenikmatan Vina dan terasa becek sekali, tapi rasa itu menghilang dengan secara mendadak kemaluanku yang masih mendarat di lubang kemaluan Vina dipijit dengan keras oleh liang senggama Vina yang kembang kempis. "Terima kasih ya Mas..., sudah memberi kepuasan kepada Vina" ucapan Vina membisik di telingaku dan Vina langsung terkulai lemas di atas tubuhku dan tanpa sadar dia terbaring lelap dengan keadaan telanjang bulat, indah dan mulus sekali tubuhnya walau sudah 3 kali orgasme, bau aroma True Love-nyapun tetap melekat di tubuhnya. Aku peluk tubuhnya dengan mesra dan akupun mulai tertidur, sebelumnya aku buka penyumbat air bath tab supaya airnya mengalir keluar dan tidak menggenang di dalam bath tub. "Kalau airnya nggak dibuang bisa masuk angin aku..., apalagi dalam keadaan capek begini", pikirku dalam hati
Kamipun tertidur lelap sampai pagi di dalam bath tab. Ternyata Vina wanita yang kawin diusia muda dan melanjutkan kuliah di kota "Y", tapi tidak pernah mendapatkan kepuasan seks dari suaminya, karena kemaluan suaminya lama sekali untuk bangun, sehingga kadang-kadang Vina sudah mencapai 3 kali orgasme sebelum rudal scud suaminya bangun dan masuk ke liang kewanitaan Vina. Jadi masih bisa dihitung baru 5 kali kemaluan suami Vina menyelam ke dalam liang senggama Vina. "Pantes..., memek Vina sempit seperti perawan", pikirku dalam hati. Dan semenjak itu setiap ada tugas ke kota "Y" aku selalu mengambilnya, dan sebelum berangkat aku telepon Vina dahulu.
Romantika Kelabu
Namaku Denny Tyas, aku seorang teknisi computer. Beberapa bulan yang lalu aku kenalan dengan seorang cewek keturunan yang bernama Cindy Kosasih. Dia, seorang gadis belia yang sangat cantik, tinggi, berkulit putih mulus dan berambut panjang. Dia tinggal di Pondok Indah, aku ketemu dengannya dalam suatu party di rumah temanku. Dia sebetulnya masih akan mencuti studinya di Melbourne, pada saat itu dia sedang liburan, jadi ia pulang ke Jakarta untuk beberapa bulan saja. Dia anak orang kaya, kamu bayangin saja, dia sekolah di Melbourne dan rumah di PI. Orang tuanya seorang ekspotir kelas menengah.
Birahi Perawat 01
Hari ini adalah hari pertamaku tinggal di kota Bandung. Karena tugas kantorku, aku terpaksa tinggal di Bandung selama 5 hari dan weekend di Jakarta. Di kota kembang ini, aku menyewa kamar di rumah temanku. Menurutnya, rumah itu hanya ditinggali oleh Ayahnya yang sudah pikun, seorang perawat, dan seorang pembantu. "Rumah yang asri" gumamku dalam hati. Halaman yang hijau, penuh tanaman dan bunga yang segar dikombinasikan dengan kolam ikan berbentuk oval. Aku mengetuk pintu rumah tersebut beberapa kali sampai pintu dibukakan. Sesosok tubuh semampai berbaju serba putih menyambutku dengan senyum manisnya.
"Pak Rafi ya..".
"Ya.., saya temannya Mas Anto yang akan menyewa kamar di sini. Lho, kamu kan pernah kerja di tetanggaku?", jawabku surprise. Perawat ini memang pernah bekerja pada tetanggaku di Bintaro sebagai baby sitter.
"Iya..., saya dulu pengasuhnya Aurelia. Saya keluar dari sana karena ada rencana untuk kawin lagi. Saya kan dulu janda pak.., tapi mungkin belum jodo.., ee dianya pergi sama orang lain.., ya sudah, akhirnya saya kerja di sini..", Mataku memandangi sekujur tubuhnya.
"Pak Rafi ya..".
"Ya.., saya temannya Mas Anto yang akan menyewa kamar di sini. Lho, kamu kan pernah kerja di tetanggaku?", jawabku surprise. Perawat ini memang pernah bekerja pada tetanggaku di Bintaro sebagai baby sitter.
"Iya..., saya dulu pengasuhnya Aurelia. Saya keluar dari sana karena ada rencana untuk kawin lagi. Saya kan dulu janda pak.., tapi mungkin belum jodo.., ee dianya pergi sama orang lain.., ya sudah, akhirnya saya kerja di sini..", Mataku memandangi sekujur tubuhnya.
Birahi Perawat 02
Tiba-tiba aku merasakan pelukannya semakin mengeras. Terasa kuku-kukunya menancap di punggungku. Otot-ototnya mulai menegang. Nafas perempuan itu juga semakin cepat. Tiba-tiba tubuhnya mengejang, mulutnya terbuka, matanya terpejam,dan alisnya merengut "aahh..". Tati menjerit panjang seraya menjambak rambutku, dan penisku yang masih bergerak masuk keluar itu terasa disiram oleh suatu cairan hangat. Dari wajahnya yang menyeringai, tampak janda muda itu tengah menghayati orgasmenya yang mungkin sudah lama tidak pernah ia alami itu. Aku tidak mengendurkan goyangan pinggulku, karena aku sedang berada di puncak kenikmatanku.
"Mbak.., goyang terus Mbak.., aku juga mau keluar..". Tati kembali menggoyang pinggulnya dengan cepat dan beberapa detik kemudian, seluruh tubuhku menegang.
"Keluarkan di dalam saja pak", bisik Tati, "Aku masih pakai IUD". Begitu Tati selesai berbisik, aku melenguh.
"Mbak.., aku keluar.., aku keluarr…., aahh..", dan..., "Crat.., crat.., craat", kubenamkan penisku dalam-dalam di vagina perempuan itu. Seakan mengerti, Tati mengangkat pinggulnya tinggi-tinggi sehingga puncak kenikmatan ini terasa benar hingga ke tulang sumsumku.
"Mbak.., goyang terus Mbak.., aku juga mau keluar..". Tati kembali menggoyang pinggulnya dengan cepat dan beberapa detik kemudian, seluruh tubuhku menegang.
"Keluarkan di dalam saja pak", bisik Tati, "Aku masih pakai IUD". Begitu Tati selesai berbisik, aku melenguh.
"Mbak.., aku keluar.., aku keluarr…., aahh..", dan..., "Crat.., crat.., craat", kubenamkan penisku dalam-dalam di vagina perempuan itu. Seakan mengerti, Tati mengangkat pinggulnya tinggi-tinggi sehingga puncak kenikmatan ini terasa benar hingga ke tulang sumsumku.
Birahi Perawat 03
Tiba-tiba dengan cepat teh Ine menarik celana pendekku sekalian dengan celana dalamku. Saking cepatnya, penisku yang menegang melejit keluar. Sejenak teh Ine tertegun menatap penisku yang berdiri tegak laksana tugu monas itu. "Gusti Rafi.., ageung pisan..", bisiknya lirih. Dengan cepat teh Ine menundukkan kepalanya, dan seketika tubuhku terasa dialiri oleh aliran listrik yang mengalir cepat ketika mulut teh Ine hampir menelan seluruh penisku. Terasa ujung penisku itu menyentuh langit-langit belakang mulut teh Ine. Dengan sigap teh Ine memegang penisku sementara lidahnya memelintir bagian bawahnya. Kepala teh Ine naik turun dengan cepat mengiringi pegangan tangannya dan puntiran lidahnya.
Si Cantik Christine
Kejadiannya ketika aku masih mahasiswa, kebeneran aku kuliah di Eropa, waktu itu ada teman satu kuliah sebut saja namanya Christine (samaran) janjian datang ke tempat apartemenku untuk melakukan tugas praktikum. Bel rumah berbunyi sekitar jam 10 pagi pada hari Sabtu, saya yang habis mandi pagi dan hanya berbalut handuk untuk menutup bagian bawahku, kubuka pintu untuknya. Wow seksinya ujarnya sambil mencium pipiku, badanku yang cukup tinggi besar menjadikan diriku sedikit membungkukkan badanku untuk mencium pipinya yang memang selalu kami lakukan setiap kali kami bertemu. Hari Sabtu yang cukup cerah menjadikan Christine begitu terlihat cantik dan seksi dengan rok pendeknya dengan punggung terbuka.
Kami bekerja dengan serius hingga hari menjelang sore. Selesai melaksanakan tugas-tugas, kami nonton tv sambil duduk dibawah bersandar pada tempat tidur. "Mau minum apa?" tanyaku sambil berjalan menuju kulkas, "Ada orange juice, coca cola atau air putih?". "Saya mau teh hangat", jawabnya sambil memegang pundakku. Aku sedikit tersentak ketika ia ada di belakangku. Sudah selama 2 tahun ia menjadi teman praktikumku, kami hanya sebatas teman satu kuliah dan dia juga sudah mempunyai pacar. Memang yang kutahu sekarang dia sedang mempunyai masalah dengan pacarnya itu. Kurangkul pundaknya sambil menuangkan air panas pada dua cangkir yang sudah kusediakan. "Mau pakai madu", kataku sambil kuambil dari dalam kulkas, aku buka tutup madunya dan dengan telunjukku kumasukkan pada botol tersebut untuk kucicipi. "Coba dong", katanya sambil tanganku diraihnya dan mencicipi madu yang ada di telunjukku. Dadaku mulai bergetar sambil melihat buah dadanya yang kubayangkan cukup montok. "Kau suka?" tanyaku sambil kurangkul lebih erat dari arah belakang. "Hmm nikmat sekali", katanya dengan suara hampir tidak terdengar. Tanganku yang masih memegang botol madu dengan tidak sengaja tertumpah pada dada Christine. Dia agak sedikit terkejut tetapi dengan tetap memegang tanganku diarahkannya tanganku pada payudaranya yang tertumpah madu sambil berkata, "kamu harus bertanggung jawab dengan apa yang kamu perbuat" katanya dengan suara yang sangat mendesah. Sambil terus menggiringku untuk meremas-remas buah dadanya yang tertumpah madu, kulepas bajunya dan buah dada tanpa BH terus kuremas dengan madu yang mengalir menuju pusarnya. Kejantananku sudah tidak tertahankan lagi, kujilati buah dadanya yang penuh madu dia terpejam tanda menikmati permainan lidahku pada buah dadanya. Madu yang hampir habis kujilati pada buah dadanya bertambah banyak yang dengan sengaja ia jatuhkan kembali di dadanya. Madu mengalir dari buah dadanya hingga bagian liang kewanitaan yang sudah saya lepas celana dalamnya. Dengan tetap dalam posisi berdiri kujilati tubuhnya dari bagian selangkangan hingga payudaranya. Tanpa kusadari kami sudah dalam keadaan telanjang bulat dengan posisi tetap berdiri dekat kulkas. Entah ide datang dari mana Christine mengambil madu itu kembali sambil menyelupkan batang kemaluanku pada botol madu yang mempunyai mulut botol yang cukup lebar, dinginnya madu langsung terasa pada batang kemaluanku. Diangkatnya batang kemaluanku tersebut sambil dimasukkan pada mulutnya dan dengan ganasnya diisapnya batang kemaluanku yang penuh dengan madu. Sambil terus mengisap batang kemaluanku, tangannya yang penuh madu megelus-ngelus kantung kemaluan hingga pantatku. Kantung kemaluanku tak lepas dari jilatannya dan tangannya terus menggerayangi lubang duburku. Badanku bergetar hebat, Pengalamanku ini memang yang pertama kali terjadi pada diriku yang memang tidak pernah mengenal permainan seperti ini. Tanpa kuduga sama sekali dia memasukkan jari yang penuh madu pada lubang anusku sambil tidak melepaskan batang kemaluanku pada mulutnya. Lubang anusku tidak luput dari jilatan lidahnya yang terasa hangat. Kuangkat tubuhnya dan kubaringkan tubuhnya yang montok pada tempat tidurku, kumasukkan batang kemaluanku pada liang senggamanya yang sudah begitu basah. Kupompa batang kemaluanku dengan irama musik yang terus terdengan pada siaran TV. Musik dengan irama cepat menjadikanku bekerja dengan ekstra. Kulihat kedua tangan Christine memegang ujung ranjang dengan mata terbelalak dan nafas bagaikan kuda pacu disertai keringat mengalir disekujur tubuhnya tanda kenikmatan yang didapatkannya. Sedangkan diriku sudah tidak dapat kutahankan lagi,kutarik dan kusemprotkan air maniku pada tubuhnya. badanku roboh disamping dirinya dan kami tertidur hingga esok pagi.
Christine dan aku tertidur tanpa sehelai benang pun hingga pagi hari. Kulihat Christine disebelahku menggeliat tanda ia terbangun. Badan Christine yang begitu mulus baru kusadari setelah hampir 2 tahun kukenal dia sebagai teman kerja praktikum kuliahku. Bagai seorang bocah kecil dielus-elusnya dadaku sambil matanya terus terpejam, sambil memegang batang kemaluanku dia berbisik baru kali ini ia mendapatkan kenikmatan yang menjadikan dirinya bagaikan terbang menembus langit Tangan yang mungil masih terus mempermainkan batang kemaluanku. Kutahu bahwa ia ingin melakukan sekali lagi, desah nafas tadi malam terdengar kembali dari bibirnya yang mungil yang kini sedang menciumi dadaku. Kutetap diam untuk memancing rasa penasaran yang menghinggapinya. Ciuman yang dia berikan sudah berubah menjadi jilatan-jilatan liar diseluruh tubuhku sambil berkata ingin seperti kemarin. Badannya yang menggeliat-geliat diatas tubuhku terus menerus memintaku untuk menggarapnya. Keinginanku memang timbul kembali, tetapi sengaja tak kuberi respon yang berarti untuk melihat sejauh mana dia meminta padaku. Tangan yang sebelumnya memegang batang kemaluanku, kini memegang liang kewanitaannya sendiri sambil membalikkan badannya menghadap langit-langit dan tetap berada diatas tubuhku. Desah nafas dan gerakan menjadi begitu brutal dan tidak terkendali, sambil terus memegang kemaluannya ia bangun dan menempelkan kewanitaannya pada bibirku untuk dijilatinya. Badanku yang masih berbaring melihat dengan begitu jelasnya bagaimana dia mempermainkan klitoris pada liang kewanitaannya di depan bibirku, wangi yang khas dan cairan bening membasahi liang senggamanya. Kurasa tangan yang mungil kembali memegang kemaluanku sambil kemudian diisapkan lewat mulutnya. Kini ia mengulum kemaluanku dengan begitu liar dan tangannya sambil memegang clitorisnya sendiri yang berada tepat dibibirku. Keinginanku yang memang sengaja kutahan sudah tidak dapat dikelabuinya. Kini kumulai menjilati clitoris hingga lubang anus yang berada dihadapanku. Respon yang kuberikan menjadikan dia menjadi begitu bersemangat, hingga rasanya hampir seluruh batang kemaluanku habis ditelannya. Kejadian tadi malam dimana dia memasukkan telunjuknya pada lubang anusku, memberikan ide untuk melakukannya padanya. Telunjukku yang cukup basah mulai ku usap-usap pada liang anusnya sambil tidak melepaskan jilatanku pada clitorisnya, kumasukkan telunjukku perlahan pada lubang anusnya, terdengar geraman nikmat dari dirinya tanda dia menikmati permainanku. Hampir seluruh telunjukku masuk kedalam anusnya, badannya bergetar hebat diiringi dengan suaranya bagai seekor kuda pacu dan balasan dari permainan tangan dan mulutnya pada bagian selangkanganku.
Aku sudah benar-benar kehilangan kontrol kusuruh dia tetap pada posisinya tengkurap dengan pantatnya siap untuk digarap. Kemaluanku yang cukup besar hampir lima kali telunjukku kuarahkan pada lubang anusnya yang berada dihadapanku. Terasa seret tapi akhirnya masuk seluruh batang kemaluanku pada anusnya. Kulihat dia menggigit bantal untuk menahan birahinya yang sudah tidak terkendali. Saya dimintanya menggenjotnya walaupun agak sedikit seret, terus kulakukan hingga badanku benar-benar bermandi keringat, kulihat juga tangannya masih memegang clitorisnya sendiri. Tenaga yang masih tersisa kuberikan padanya hingga kucapai klimaksku dan kubiarkan air maniku mengalir di dalam lubang anusnya yang mengantarkan ia mencapai klimaknya sebanyak tiga kali pada pagi ini.
Jam menunjukkan pukul 12 siang berarti hampir 3 jam kita menikmati permainan ini, dengan sedikit tergesa ia mengenakan pakaiannya dan membiarkan diriku berbaring di tepi ranjang, kutahu ia mempunyai janji bertemu pacarnya jam 1 siang. Sambil menyisir rambutnya dia mengingatkan diriku untuk tidak lupa membawa tugas yang harus dilaporkan Senin besok di Universitas.
Kini aku berusia 30 tahun dan bekerja pada sebuah instansi di Jakarta yang cukup prestigius, rutinitas dan kekolotan lingkungan menjadikan diriku ingin mencari partner untuk berpetualang (not commercial). Pengalaman ini menjadikan diriku selalu berkhayal untuk mengulangi.
Kejadian hari Sabtu dan Minggu yang kami lewati menjadikan diriku kehilangan konsentrasi dalam menghadapi kegiatan kampus, mungkin ini yang disebut jatuh cinta. Beberapa kali dalam minggu terakhir ini kukatakan cintaku padanya tetapi hanya senyum dibibirnya yang kudapat darinya. Hari ini adalah hari ujian terakhir kami di kampus yang kemudian dilanjuti dengan libur musim panas selama kurang lebih 2 bulan. Kulihat dia memasuki ruang ujian dengan rambut terikat yang terlihat sangat cantik sekali. Dua jam kami lewati ujian dengan konsentrasi penuh.
Diakhir ujian dia keluar dari ruangan dengan sangat tergesa-gesa, kulihat Michel (pacarnya) menunggu didepan ruangan yang kupikir pasti mereka sudah berjanji untuk bertemu. Aku yang berniat akan bertemu dengannya terpaksa kubatalkan dengan kecewa yang sangat mendalam, sebab kutahu pasti Christine akan pulang ke kota asalnya yang kurang lebih 500 km dari kota kami. Tidak tahu apa yang mereka perbincangkan, kulihat mereka bergegas berjalan meninggalkan kampus dengan sangat tergesa-gesa dengan raut wajah yang begitu tegang.
Ujian yang membuat kepalaku pecah, menimbulkan niatku untuk berjalan-jalan di pusat pertokoan untuk melepaskan segala beban yang aku alami. Aku harus menelepon dia kataku, kucoba untuk menelponnya beberapa kali tidak ada nada jawab yang kuperoleh. Entah sudah berapa kaleng Bir Heineken kuhabiskan untuk menghabiskan waktu di Caf sambil terus kucoba untuk mengontak dia.
Jam menunjukkan pukul 12 malam, aku harus pulang pikirku, dengan sedikit limbung kuputuskan untuk pulang ke apartemenku. Pintu tidak terkunci, mungkin aku lupa untuk menguncinya ketika kutinggalkan rumah. Kubersihkan diriku untuk bersiap tidur, dengan hanya berbalut handuk, kuberjalan ketempat tidur, dalam kegelapan ruangan kamar kusandung sehelai baju wanita diatas karpet, setelah kusadar ada seseorang tertidur di ranjangku tertutup selimut. Dalam kegelapan kukenal parfum yang dipakainya, kubuka selimut itu dengan sangat hati-hati, kulihat seseorang terbaring tanpa busana membelakangi tubuhku. Aroma parfum yang dipakainya menyenangkan diriku, pasti Christine yang berada di tempat tidurku, kurebahkan diriku disebelahnya. kuusap punggungnya, dia tetap tidak bergerak, ku yakin pasti dia pura-pura tidur. Usapan dan belaian pada punggungnya hingga hampir keseluruh tubuhnya. Hasratku mulai naik, kumulai dengan menggoyangkan punggungku pada pantatnya dengan tangan kualihkan pada payudaranya. Dia mulai mendesah tanda menikmati permainanku. Aku yang sudah begitu kehilangan dia dalam seminggu ini menjadikan diriku begitu aktif menggarapnya, dengan masih tetap memunggungiku, kumainkan tanganku pada clitorisnya sambil kuciumi leher dan tengkuknya. Suara kuda liar yang keluar dari mulutnya sudah terdengar tanda dia sudah dalam keadaan terangsang. Gerakan-gerakan pada pinggulnya seiring dengan gerakan tanganku pada clitorisnya, kurasakan sangat hebat yang terasa pada alat kelaminku yang tertempel pada belahan pantatnya. Aku yang senang berfantasi dalam melakukan hubungan seksual, kuikat tangan kiri dia pada sisi ranjang kiri demikian juga pada tangan kanannya pada sisi yang lain. Dia tidak menolak apa yang aku lakukan padanya. Kini dia yang dalam keadaan menghadap ke langit-langit dengan kedua tangannya terikat pada sisi ranjang terlihat menunggu dengan begitu nafsunya apa yang akan aku lakukan. Kubuka selangkangannya dan mulai kujilati klitorisnya dengan begitu agresif yang kulanjuti hingga bagian belakangnya. gerakan-gerakan binalnya yang terbatasi oleh kedua tangannya yang tetap terikat dan dengan begitu sensualnya dia menjulurkan lidahnya bagai seseorang yang kehausan. Kumengerti apa yang dia inginkan dan kuhadapkan selangkanganku untuk dikulumnya. Berbagai posisi kita lakukan untuk mendapatkan fantasi yang diinginkannya. Sampai akhirnya dia memintaku untuk memasukkan kelaminku pada liang senggamanya.
Dalam keadaan seperti itu kembali kunyatakan cintaku padanya dijawabnya agar besok pagi untuk dibicarakannya. Kutetap bersikukuh untuk mendapat jawaban darinya, dan tidak kuladeni apa yang dia minta untuk menggarapnya sampai selesai. Kutahu memang jika dia sudah dalam keadaan terangsang dia tidak sanggup menahan kontrolnya. Semua kata-kata porno dengan gerakan-gerakan yang begitu merangsang dengan tangan tetap terikat merayuku untuk menggarapnya kembali. Wajahnya yang begitu buas dengan mata yang menaklukkan hatiku, meluluhkan keinginanku untuk meminta jawaban darinya. Akhirnya kuturuti dengan sangat perlahan kumasukkan batang kelaminku yang sudah begitu kencang pada liang kewanitaannya. Dia teriak kecil tanda kenikmatan yang didapatinya, kuteruskan goyangan pada alat kelaminnya dengan irama cepat. Hampir 15 menit aku memainkan kelaminku pada liang kenikmatannya. Kulihat mata yang terbelalak keatas dengan kepala mendongak tanda ia menikmati klimaksnya, Kuteruskan irama goyanganku dan tidak tahu berapa kali ia mencapai klimaks, sampai akhirnya aku mencapai kepuasanku, kusemprotkan air maniku pada mulutnya seperti yang ia minta, bagai seseorang yang kehausan dia menyambutnya dengan wajah puas. Kulepas ikatan pada kedua tangannya dan akhirnya kami tertidur hingga esok pagi.
Kami bekerja dengan serius hingga hari menjelang sore. Selesai melaksanakan tugas-tugas, kami nonton tv sambil duduk dibawah bersandar pada tempat tidur. "Mau minum apa?" tanyaku sambil berjalan menuju kulkas, "Ada orange juice, coca cola atau air putih?". "Saya mau teh hangat", jawabnya sambil memegang pundakku. Aku sedikit tersentak ketika ia ada di belakangku. Sudah selama 2 tahun ia menjadi teman praktikumku, kami hanya sebatas teman satu kuliah dan dia juga sudah mempunyai pacar. Memang yang kutahu sekarang dia sedang mempunyai masalah dengan pacarnya itu. Kurangkul pundaknya sambil menuangkan air panas pada dua cangkir yang sudah kusediakan. "Mau pakai madu", kataku sambil kuambil dari dalam kulkas, aku buka tutup madunya dan dengan telunjukku kumasukkan pada botol tersebut untuk kucicipi. "Coba dong", katanya sambil tanganku diraihnya dan mencicipi madu yang ada di telunjukku. Dadaku mulai bergetar sambil melihat buah dadanya yang kubayangkan cukup montok. "Kau suka?" tanyaku sambil kurangkul lebih erat dari arah belakang. "Hmm nikmat sekali", katanya dengan suara hampir tidak terdengar. Tanganku yang masih memegang botol madu dengan tidak sengaja tertumpah pada dada Christine. Dia agak sedikit terkejut tetapi dengan tetap memegang tanganku diarahkannya tanganku pada payudaranya yang tertumpah madu sambil berkata, "kamu harus bertanggung jawab dengan apa yang kamu perbuat" katanya dengan suara yang sangat mendesah. Sambil terus menggiringku untuk meremas-remas buah dadanya yang tertumpah madu, kulepas bajunya dan buah dada tanpa BH terus kuremas dengan madu yang mengalir menuju pusarnya. Kejantananku sudah tidak tertahankan lagi, kujilati buah dadanya yang penuh madu dia terpejam tanda menikmati permainan lidahku pada buah dadanya. Madu yang hampir habis kujilati pada buah dadanya bertambah banyak yang dengan sengaja ia jatuhkan kembali di dadanya. Madu mengalir dari buah dadanya hingga bagian liang kewanitaan yang sudah saya lepas celana dalamnya. Dengan tetap dalam posisi berdiri kujilati tubuhnya dari bagian selangkangan hingga payudaranya. Tanpa kusadari kami sudah dalam keadaan telanjang bulat dengan posisi tetap berdiri dekat kulkas. Entah ide datang dari mana Christine mengambil madu itu kembali sambil menyelupkan batang kemaluanku pada botol madu yang mempunyai mulut botol yang cukup lebar, dinginnya madu langsung terasa pada batang kemaluanku. Diangkatnya batang kemaluanku tersebut sambil dimasukkan pada mulutnya dan dengan ganasnya diisapnya batang kemaluanku yang penuh dengan madu. Sambil terus mengisap batang kemaluanku, tangannya yang penuh madu megelus-ngelus kantung kemaluan hingga pantatku. Kantung kemaluanku tak lepas dari jilatannya dan tangannya terus menggerayangi lubang duburku. Badanku bergetar hebat, Pengalamanku ini memang yang pertama kali terjadi pada diriku yang memang tidak pernah mengenal permainan seperti ini. Tanpa kuduga sama sekali dia memasukkan jari yang penuh madu pada lubang anusku sambil tidak melepaskan batang kemaluanku pada mulutnya. Lubang anusku tidak luput dari jilatan lidahnya yang terasa hangat. Kuangkat tubuhnya dan kubaringkan tubuhnya yang montok pada tempat tidurku, kumasukkan batang kemaluanku pada liang senggamanya yang sudah begitu basah. Kupompa batang kemaluanku dengan irama musik yang terus terdengan pada siaran TV. Musik dengan irama cepat menjadikanku bekerja dengan ekstra. Kulihat kedua tangan Christine memegang ujung ranjang dengan mata terbelalak dan nafas bagaikan kuda pacu disertai keringat mengalir disekujur tubuhnya tanda kenikmatan yang didapatkannya. Sedangkan diriku sudah tidak dapat kutahankan lagi,kutarik dan kusemprotkan air maniku pada tubuhnya. badanku roboh disamping dirinya dan kami tertidur hingga esok pagi.
Christine dan aku tertidur tanpa sehelai benang pun hingga pagi hari. Kulihat Christine disebelahku menggeliat tanda ia terbangun. Badan Christine yang begitu mulus baru kusadari setelah hampir 2 tahun kukenal dia sebagai teman kerja praktikum kuliahku. Bagai seorang bocah kecil dielus-elusnya dadaku sambil matanya terus terpejam, sambil memegang batang kemaluanku dia berbisik baru kali ini ia mendapatkan kenikmatan yang menjadikan dirinya bagaikan terbang menembus langit Tangan yang mungil masih terus mempermainkan batang kemaluanku. Kutahu bahwa ia ingin melakukan sekali lagi, desah nafas tadi malam terdengar kembali dari bibirnya yang mungil yang kini sedang menciumi dadaku. Kutetap diam untuk memancing rasa penasaran yang menghinggapinya. Ciuman yang dia berikan sudah berubah menjadi jilatan-jilatan liar diseluruh tubuhku sambil berkata ingin seperti kemarin. Badannya yang menggeliat-geliat diatas tubuhku terus menerus memintaku untuk menggarapnya. Keinginanku memang timbul kembali, tetapi sengaja tak kuberi respon yang berarti untuk melihat sejauh mana dia meminta padaku. Tangan yang sebelumnya memegang batang kemaluanku, kini memegang liang kewanitaannya sendiri sambil membalikkan badannya menghadap langit-langit dan tetap berada diatas tubuhku. Desah nafas dan gerakan menjadi begitu brutal dan tidak terkendali, sambil terus memegang kemaluannya ia bangun dan menempelkan kewanitaannya pada bibirku untuk dijilatinya. Badanku yang masih berbaring melihat dengan begitu jelasnya bagaimana dia mempermainkan klitoris pada liang kewanitaannya di depan bibirku, wangi yang khas dan cairan bening membasahi liang senggamanya. Kurasa tangan yang mungil kembali memegang kemaluanku sambil kemudian diisapkan lewat mulutnya. Kini ia mengulum kemaluanku dengan begitu liar dan tangannya sambil memegang clitorisnya sendiri yang berada tepat dibibirku. Keinginanku yang memang sengaja kutahan sudah tidak dapat dikelabuinya. Kini kumulai menjilati clitoris hingga lubang anus yang berada dihadapanku. Respon yang kuberikan menjadikan dia menjadi begitu bersemangat, hingga rasanya hampir seluruh batang kemaluanku habis ditelannya. Kejadian tadi malam dimana dia memasukkan telunjuknya pada lubang anusku, memberikan ide untuk melakukannya padanya. Telunjukku yang cukup basah mulai ku usap-usap pada liang anusnya sambil tidak melepaskan jilatanku pada clitorisnya, kumasukkan telunjukku perlahan pada lubang anusnya, terdengar geraman nikmat dari dirinya tanda dia menikmati permainanku. Hampir seluruh telunjukku masuk kedalam anusnya, badannya bergetar hebat diiringi dengan suaranya bagai seekor kuda pacu dan balasan dari permainan tangan dan mulutnya pada bagian selangkanganku.
Aku sudah benar-benar kehilangan kontrol kusuruh dia tetap pada posisinya tengkurap dengan pantatnya siap untuk digarap. Kemaluanku yang cukup besar hampir lima kali telunjukku kuarahkan pada lubang anusnya yang berada dihadapanku. Terasa seret tapi akhirnya masuk seluruh batang kemaluanku pada anusnya. Kulihat dia menggigit bantal untuk menahan birahinya yang sudah tidak terkendali. Saya dimintanya menggenjotnya walaupun agak sedikit seret, terus kulakukan hingga badanku benar-benar bermandi keringat, kulihat juga tangannya masih memegang clitorisnya sendiri. Tenaga yang masih tersisa kuberikan padanya hingga kucapai klimaksku dan kubiarkan air maniku mengalir di dalam lubang anusnya yang mengantarkan ia mencapai klimaknya sebanyak tiga kali pada pagi ini.
Jam menunjukkan pukul 12 siang berarti hampir 3 jam kita menikmati permainan ini, dengan sedikit tergesa ia mengenakan pakaiannya dan membiarkan diriku berbaring di tepi ranjang, kutahu ia mempunyai janji bertemu pacarnya jam 1 siang. Sambil menyisir rambutnya dia mengingatkan diriku untuk tidak lupa membawa tugas yang harus dilaporkan Senin besok di Universitas.
Kini aku berusia 30 tahun dan bekerja pada sebuah instansi di Jakarta yang cukup prestigius, rutinitas dan kekolotan lingkungan menjadikan diriku ingin mencari partner untuk berpetualang (not commercial). Pengalaman ini menjadikan diriku selalu berkhayal untuk mengulangi.
Kejadian hari Sabtu dan Minggu yang kami lewati menjadikan diriku kehilangan konsentrasi dalam menghadapi kegiatan kampus, mungkin ini yang disebut jatuh cinta. Beberapa kali dalam minggu terakhir ini kukatakan cintaku padanya tetapi hanya senyum dibibirnya yang kudapat darinya. Hari ini adalah hari ujian terakhir kami di kampus yang kemudian dilanjuti dengan libur musim panas selama kurang lebih 2 bulan. Kulihat dia memasuki ruang ujian dengan rambut terikat yang terlihat sangat cantik sekali. Dua jam kami lewati ujian dengan konsentrasi penuh.
Diakhir ujian dia keluar dari ruangan dengan sangat tergesa-gesa, kulihat Michel (pacarnya) menunggu didepan ruangan yang kupikir pasti mereka sudah berjanji untuk bertemu. Aku yang berniat akan bertemu dengannya terpaksa kubatalkan dengan kecewa yang sangat mendalam, sebab kutahu pasti Christine akan pulang ke kota asalnya yang kurang lebih 500 km dari kota kami. Tidak tahu apa yang mereka perbincangkan, kulihat mereka bergegas berjalan meninggalkan kampus dengan sangat tergesa-gesa dengan raut wajah yang begitu tegang.
Ujian yang membuat kepalaku pecah, menimbulkan niatku untuk berjalan-jalan di pusat pertokoan untuk melepaskan segala beban yang aku alami. Aku harus menelepon dia kataku, kucoba untuk menelponnya beberapa kali tidak ada nada jawab yang kuperoleh. Entah sudah berapa kaleng Bir Heineken kuhabiskan untuk menghabiskan waktu di Caf sambil terus kucoba untuk mengontak dia.
Jam menunjukkan pukul 12 malam, aku harus pulang pikirku, dengan sedikit limbung kuputuskan untuk pulang ke apartemenku. Pintu tidak terkunci, mungkin aku lupa untuk menguncinya ketika kutinggalkan rumah. Kubersihkan diriku untuk bersiap tidur, dengan hanya berbalut handuk, kuberjalan ketempat tidur, dalam kegelapan ruangan kamar kusandung sehelai baju wanita diatas karpet, setelah kusadar ada seseorang tertidur di ranjangku tertutup selimut. Dalam kegelapan kukenal parfum yang dipakainya, kubuka selimut itu dengan sangat hati-hati, kulihat seseorang terbaring tanpa busana membelakangi tubuhku. Aroma parfum yang dipakainya menyenangkan diriku, pasti Christine yang berada di tempat tidurku, kurebahkan diriku disebelahnya. kuusap punggungnya, dia tetap tidak bergerak, ku yakin pasti dia pura-pura tidur. Usapan dan belaian pada punggungnya hingga hampir keseluruh tubuhnya. Hasratku mulai naik, kumulai dengan menggoyangkan punggungku pada pantatnya dengan tangan kualihkan pada payudaranya. Dia mulai mendesah tanda menikmati permainanku. Aku yang sudah begitu kehilangan dia dalam seminggu ini menjadikan diriku begitu aktif menggarapnya, dengan masih tetap memunggungiku, kumainkan tanganku pada clitorisnya sambil kuciumi leher dan tengkuknya. Suara kuda liar yang keluar dari mulutnya sudah terdengar tanda dia sudah dalam keadaan terangsang. Gerakan-gerakan pada pinggulnya seiring dengan gerakan tanganku pada clitorisnya, kurasakan sangat hebat yang terasa pada alat kelaminku yang tertempel pada belahan pantatnya. Aku yang senang berfantasi dalam melakukan hubungan seksual, kuikat tangan kiri dia pada sisi ranjang kiri demikian juga pada tangan kanannya pada sisi yang lain. Dia tidak menolak apa yang aku lakukan padanya. Kini dia yang dalam keadaan menghadap ke langit-langit dengan kedua tangannya terikat pada sisi ranjang terlihat menunggu dengan begitu nafsunya apa yang akan aku lakukan. Kubuka selangkangannya dan mulai kujilati klitorisnya dengan begitu agresif yang kulanjuti hingga bagian belakangnya. gerakan-gerakan binalnya yang terbatasi oleh kedua tangannya yang tetap terikat dan dengan begitu sensualnya dia menjulurkan lidahnya bagai seseorang yang kehausan. Kumengerti apa yang dia inginkan dan kuhadapkan selangkanganku untuk dikulumnya. Berbagai posisi kita lakukan untuk mendapatkan fantasi yang diinginkannya. Sampai akhirnya dia memintaku untuk memasukkan kelaminku pada liang senggamanya.
Dalam keadaan seperti itu kembali kunyatakan cintaku padanya dijawabnya agar besok pagi untuk dibicarakannya. Kutetap bersikukuh untuk mendapat jawaban darinya, dan tidak kuladeni apa yang dia minta untuk menggarapnya sampai selesai. Kutahu memang jika dia sudah dalam keadaan terangsang dia tidak sanggup menahan kontrolnya. Semua kata-kata porno dengan gerakan-gerakan yang begitu merangsang dengan tangan tetap terikat merayuku untuk menggarapnya kembali. Wajahnya yang begitu buas dengan mata yang menaklukkan hatiku, meluluhkan keinginanku untuk meminta jawaban darinya. Akhirnya kuturuti dengan sangat perlahan kumasukkan batang kelaminku yang sudah begitu kencang pada liang kewanitaannya. Dia teriak kecil tanda kenikmatan yang didapatinya, kuteruskan goyangan pada alat kelaminnya dengan irama cepat. Hampir 15 menit aku memainkan kelaminku pada liang kenikmatannya. Kulihat mata yang terbelalak keatas dengan kepala mendongak tanda ia menikmati klimaksnya, Kuteruskan irama goyanganku dan tidak tahu berapa kali ia mencapai klimaks, sampai akhirnya aku mencapai kepuasanku, kusemprotkan air maniku pada mulutnya seperti yang ia minta, bagai seseorang yang kehausan dia menyambutnya dengan wajah puas. Kulepas ikatan pada kedua tangannya dan akhirnya kami tertidur hingga esok pagi.
Cinta Abadi
Hai, nama saya Noni. Sekarang saya masih kuliah di salah satu Universitas di Amerika. Cerita ini bermula dari 2 tahun yang lalu ketika saya dan Sinyo baru saja mulai pacaran. Saat itu saya masih duduk di bangku kelas 3 SMU. Semula kita ragu untuk melanjutkan kisah asmara kita ini karena saya akan melanjutkan sekolahku ke Amerika. Tapi kita sependapat untuk menjalani dulu keadaan ini. Pada waktu kelulusan, Sinyo bermaksud melanjutkan kuliahnya ke Bandung. Selama 2 minggu di Bandung Sinyo selalu mengeluh bahwa dia rindu denganku dan memintaku untuk menyusulnya ke Bandung.
Ririn
Saya pertama kali kenalan dengan Ririn waktu saya mengantarkan pacar saya pulang ke tempat kostnya. saya tidak tahu kalau tempat kost itu juga menerima kost untuk hostes-hostes night club. Penghuninya kurang lebih ada 16 orang, cewek semua. Mahasiswinya ada tiga, selebihnya cewek night club semua.
Kereta Api Bandung-Jakarta
Urusan kantor telah selesai dan hari itu juga aku harus kembali ke Jakarta karena ada janji dengan pacarku malam ini. Rasanya capek sekali terutama pikiranku. Aku segera ke Stasiun Bandung untuk memburu Kereta Api Argo Gede yang ke Jakarta. Tiket telah dipesankan relasiku di Bandung. Aku dapat tempat duduk di Kereta I bangku 8B.
Suamiku Seorang yang...
Aku benar-benar dibuat kewalahan saat harus melayani suamiku di atas ranjang. Tak henti-hentinya dekapan erat disertai napas yang memburu, acapkali mengiringi permainan seks kami. Peluh mengalir dengan derasnya, goyangan-goyangan maju mundur yang seakan-akan tidak akan ada habisnya dari bagian bawah tubuh suamiku membuatku tidak mampu lagi menahan kenikmatan yang kurasakan ini, aku hanya bisa berdesah-desah dan mencengkeram dengan eratnya kain sprei ranjang tidurku sebagai pertahanan terakhir dari sisa-sisa tenaga yang masih tertinggal.
Alex, Tinggal Kenangan
Hari sabtu tepatnya 5 tahun yang lalu aku ditelepon teman dekatku (direktur di perusahaan tersebut) untuk mengisi acara dalam rangka ulang tahun kantornya yang ke-2 di daerah puncak, kebetulan aku mempunyai group band yang bisa diandalkan karena sewaktu kami masih kuliah dulu kami membiayai kuliah kami dari honor yang kami terima setiap main di cafe-cafe di Jakarta dan Bandung.
Di kantor tersebut salah seorang karyawatinya adalah mantan kekasihku sebut saja "Alex" yang waktu itu aku meminta sahabatku tersebut untuk menerima dia bekerja di perusahaanya setelah Alex lulus kuliah.
Di kantor tersebut salah seorang karyawatinya adalah mantan kekasihku sebut saja "Alex" yang waktu itu aku meminta sahabatku tersebut untuk menerima dia bekerja di perusahaanya setelah Alex lulus kuliah.
During My Job
Anggie namaku, orang bilang aku cantik dengan tinggi 170 cm, berat 55 kg, dan Bra-ku size 36. Usiaku kini 32 tahun, tapi katanya seperti umur 20-an, bagiku itu karunia Tuhan. Kini aku sudah berkeluarga dengan seorang anak yang lucu & manis usianya sudah 3 tahun.
Tetanggaku
Kemarin seperti biasa saya pulang kerja pagi hari, kira-kira pukul 8 pagi, hari itu saya tidak pulang ke tempat temanku dough (istri orang), melainkan saya pulang ke rumah orang tua. Ketika saya tiba di rumah, saya langsung ke kamarku, tidak lama terdengar ketukan pintu kamarku, ternyata papaku, dia bilang kalau mereka akan pergi ke philadelphia, saya di ajak tapi saya menolak dengan alasan capek, akhirnya saya di rumah, saya langsung ke depan komputer, saya buka site 17Tahun. Com, ternyata ada cerita baru dan birahiku naik, tapi saya tahan.
Boneka Cantik dari India
Saya seorang mahasiswa di Malang punya pengalaman menarik tentang seks meski saya bukan yang paling ganteng diantara teman-teman saya, tampangku paling imut (gak promosi nih).
Salah satu kisahnya begini.., kami berkenalan waktu semester tiga, pertemuan kami tak sengaja, waktu itu saya menemani teman cowok saya saat main-main ke kost pacarnya, kebetulan pacar teman saya tuh juga ada temannya yang sedang main ke sana (cewek), so kami berkenalan, cewek itu manis sekali, bodi-nya juga ok! Namanya Leila Deol seorang warga keturunan India, wajahnya mirip dengan artis India kesukaan saya, Amisha Patel. Kulitnya tidak putih, kuning langsat namun tampak sehat terawat, buah dadanya besar dan montok sekali melebihi buah dada cewek Indonesia, terlihat begitu montok dan padat. Melihat dia, saya langsung suka. Saat saya dan teman saya mau pulang saya tanya alamatnya. Untungnya dia kost di dekat kost pacar teman saya. Wow, saya merasa beruntung sekali, tidak perlu jauh-jauh kalau mau ngejar dia.
Adik Sepupu Istriku
Pertama kali aku mengenal dirinya, aku kagum dengan budi pekerti dan kesopanan bicaranya. Saat itu aku masih ingat, dia sudah duduk di bangku akhir SLTP dan usianya menginjak 15 tahun, namanya Eva, ya... Eva, cantik sekali namanya secantik orangnya. Waktu itu aku sudah bertunangan dengan kakak sepupunya yang sekarang telah menjadi istri tercintaku dan dikaruniai seorang putra yang lucu.
Tiga tahun kemudian adik sepupu istriku Eva datang ke rumahku dan memintaku untuk membantu mencarikan PTS di kotaku. Aku dan istriku jadi repot dibuatnya karena harus mengantarkan dia untuk daftar, test dan cari kost. Selama membantu dia, aku mendapatkan pengalaman yang sangat menarik dan membuatku bertanya-tanya dalam hati. Selama aku membantunya mencarikan PTS di kotaku, dia sering mencuri pandang ke arahku dengan pandangan yang nakal, kemudian terseyum sambil memandang kejauhan. Hampir tanpa ekspresi, aku pun terdiam sampai dia berlalu. Aku terkejut bukan karena cara pandangannya kepadaku, tapi dia sendiri itu yang membuat jantungku berdetak lebih cepat. Aku kemudian berandai-andai, jika waktu berpihak kepadaku, jika keberuntungan mendukung, jika kesempatan mau sedikit saja berbaik hati. Mungkin juga aku yang terlalu berharap dibuatnya, sebenarnya batinku tidak setuju untuk menyebutnya begitu.
Susan yang Kesepian
Aku seorang manager di salah satu perusahaan besar di Jakarta. Susan adalah salah satu karyawati di tempatku bekerja, sebagai operator. Kujelaskan sekali lagi bahwa dia bukan perawan, melainkan sudah mempunyai seorang anak yang cukup besar. Tetapi umurnya masih dibawah 30 tahun dan bodinya sangat menggiurkan, kulitnyapuN putih bersih.
Rupanya Susan ada perasaan lain terhadap diriku, karena setiap kali aku melintas di depannya, dia selalu memperhatikan. Paling senang apabila mengantarkan surat-surat ke kamarku, padahal ada office boy dan office girl.
Saat itu aku ingin interlokal, dari ruanganku tidak bisa, yah terpaksa melalui operator. Aku tidak minta tolong pada dia, lalu aku duduk bersebelahan dengan dia. Dan tanpa disengaja atau tidak dia berikan pahanya untuk dilihat olehku.
Kubilang, "Sus, nanti aku pegang lho", sambil bercanda.
Eh dia malah nantangin, "coba kalau berani".
Gadis Cantik Bermata Sipit
Tiga bulan pertama ada temanku yang baru dimutasi di kantor, mulanya biasa-biasa saja. Namanya Ahung, ciri-ciri orangnya adalah wanita keturunan, mata sipit, tinggi kurang lebih 167 cm, berat 50 kg, bibir sensual, ramah, murah senyum, senang memakai rok mini dan sepatu hak tinggi, kulit bersih, rambut sebahu dan wajah tidak kalah dengan Titi Dj. Aku biasa pergi makan siang bersama manajernya yang juga rekan sekerjaku. Kebetulan sang manager juga seorang wanita dimana dalam perusahaan tempat aku bekerja adalah fifty-fifty antara pribumi dan keturunan.
Ketika makan siang bersama (saat itu kira-kira 6 orang) dengan kendaraanku menuju salah satu rumah makan di daerah Sabang. Saat memilih meja, aku langsung menuju meja tapi aku agak terburu-buru atau si Ahung yang terburu-buru sehingga terjadi tabrakan tanpa sengaja antara aku dan Ahung. Hidungnya yang tidak begitu mancung menempel pada hidungku yang mancung sekali. Tubuhnya tinggi bila dibanding wanita biasa kira-kira 170 cm plus sepatu, soalnya tubuhku juga sekitar itu, secara reflek aku memeluknya karena takut terjatuh. Dalam dekapanku terasa harum parfum mahal yang membuat darahku berdesir mengalirkan hawa nafsu hingga ke ubun-ubun.
My Customer
Kejadian ini kira-kira seminggu yang lalu. Aku bekerja di bagian EDP sebuah perusahaan swasta di daerah Kuningan, Jakarta. Untuk sambilan aku juga punya usaha kursus private komputer. Siang itu Ibu Vivi, salah satu klien telepon. Katanya dia belum tahu juga cara mengirim e-mail. Maklum baru sekali aku mengajarinya. Dari pembicaraan disetujui untuk ketemu jam 7 malam. Karena dia sampai rumah jam 6 sore. Dia kerja jadi interpreter bahasa Jepang.
Jam 18.45 aku sudah sampai di Lobby Apartemen-nya di bilangan Benhil. Tidak lama dia nongol di Lobby dengan masih memakai pakaian kerjanya, dan segera mengajak saya naik ke Apartemennya. Tanpa ganti baju, dia langsung ke meja komputernya dan menghidupkannya. Tidak lama masalahnya beres, e-mailnya bisa terkirim semua. Dia cuma lupa tidak clik "send & receive".
Anieku Sayang, Anieku Hilang
Pengalaman pertamaku inilah yang membawaku kadang-kadang ingin menikmati kembali, tapi hingga kini aku belum menemukan pengganti Anieku sayang, Anieku yang hilang.
Pada waktu itu kami menempati kontakan bersama adikku yang sedang kuliah di kota S. Aku sendiri sudah bekerja apa adanya sambil kuliah di perguruan tinggi swasta pada sore harinya. Kami mempunyai tetangga, yang biasa dipanggil Bu Anie, namun atas kesepakatan bersama, aku memanggil Bu Anie dengan sebutan Mbak, karena dia lebih muda, dan dia memanggilku Mas, tapi kalau didepan banyak orang aku tetap memanggilnya Bu!, dan dia memanggilku Om Feby, menirukan panggilan anak-anak. Mbak Anie orangnya masih muda dan cantik, walaupun sudah mempunyai seorang anak. Waktu itu anaknya ikut di rumah neneknya sehingga Mbak Anie hanya tinggal berdua dengan suaminya yang sering dinas di luar kota.
Teman Sekantor 02
Fafa meratakan spermaku ke dadanya, perut dan mengusapkan ke wajahnya. Baru kemudian dibasuh dengan air shower. Aku membantunya menggosok tubuhnya dari sisa-sisa sabun yang masih menempel. Tapi tetap saja, yang lama kugosok buah dadanya yang ranum itu. Putingnya kuhisap-hisap, kumainkan dengan lidahku.
"Entar lagi", bisiknya.
"Nggak usah pakai handuk Fa..", kataku ketika Fafa mau keluar menuju tempat tidur.
Fafa tersenyum. Dia keluar telanjang. Aku mengikuti. Fafa langsung ke tempat tidur. Hawa sudah hangat.
"Lapar?", tanyaku.
"Sangat".
Fafa duduk selonjor bersandar ke belakang. Fafa duduk di atasku. Vaginanya menempel erat di penisku. Sepiring mie goreng di tengah, kita makan berdua. Kami makan lahap. Cepat tandas. Aku raih nasi goreng dan kita makan bersama. Sambil makan, Fafa menggerak-gerakkan pantatnya. Penisku yang terjepit mulai mengeras.
Teman Sekantor 01
Aku bekerja di perusahaan keuangan Jln. Jendral Sudirman, Jakarta. Posisiku lumayan bagus. Usia 30 tahun, dengan tinggi badan 175 cm dan berat 69 kg. Pengalaman ini terjadi seminggu yang lalu.
Waktu itu baru jam 7 malam. Aku sudah mau pulang karena ada janji dengan teman di Cinere. Ketika lewat front office kulihat Fafa sedang berbenah mau pulang juga. Ketika kutanya ternyata dia mau ke kawannya di Lebak Bulus. Jadi satu jalan. Kebetulan Fafa tidak bawa mobil sendiri. Kutawari untuk pulang bareng dan Fafa oke. Daripada kehujanan, katanya. Lumayan ada teman ngobrol di jalan.
Dalam bekerja Fafa masuk dalam supervisiku. Kuakui dia sangat cantik. Berdarah Arab (Yaman kata dia), langsing, tinggi sekitar 165-170 cm dan kulitnya putih. Rambutnya berombak agak pirang (asli, bukan karena dicat) dan bibirnya sangat sensual.
Bos Lajang yang Penuh Gairah
Ayohh tutup pintunya, bisik Liza, dengan terengah dan mendesah. Aku segera bergegas, menutup pintu dengan tangan kanan, sementara jemari tangan kiriku sibuk mencoba mengeluarkan dua lembar bulu bawah Liza dari rongga mulutku, sebagai hasil pemanasan berupa cunnilingus.
Gila juga. Kami bercumbu di kantor. Liza, tepatnya Ibu Liza Permatasari (nama samaran), yang oleh kalangan dekatnya dipanggil sebagai Sari, adalah bossku. Di kantor kecil ini lelaki cuma aku dan pesuruh. Satpam cukup dari pengelola kompleks ruko. Lima belas staf lainnya adalah cewek, lajang semua.
Malam telah merambat. Saat ini sudah pukul 20.45. Liza membatalkan kepulangannya.
"Kamu gila. Udah basah dan nikmat gini masa harus pulang. Belum tuntas nih", katanya, ketika aku menggodanya, sambil memainkan clit-nya, dan berpura-pura mengingatkan bahwa hari sudah malam, kemacetan sudah berkurang.
Nikmatnya Kerja Sambilan
Nikmatnya Kerja Sambilan
Aku berkerja sebagai mekanik listrik/teknisi di suatu bank di kota Malang. Tapi sebagai sambilan, aku juga kadang-kadang mendapat order dari teman-teman karyawan untuk memperbaiki ini dan itu di rumah mereka. Lumayan untuk sambilan.
Suatu hari aku diminta membaiki Air Conditioner di rumah manajer personaliaku. Ketika aku menekan bel rumahnya, dia muncul dengan mengenakan daster tipis warna putih. Dia mempersilakan aku masuk dan membawa aku ke kamar tidurnya. Dia menunjukkan tempat AC yang rusak. Aku sudah bernafsu melihat dadanya yang putih. Dia meninggalkan aku dan terus ke kamar mandi. Aku lihat beberapa helai celana dalam dan "kaca mata" seksi di atas kasurnya. Aku makin berahi dan membayangkan payudaranya yang besar dan tegang itu.
Cinta Berbalut Birahi 02
Setelah Devi tenang, kembali Sony menindih tubuh Devi yang telah bugil.
"Sabar Dev, ini baru permulaan, kita akan merasakan kenikmatan yang lebih nikmat lagi".
Diciumnya gadis yang dicintainya itu dengan kasih sayang, Devi kelihatan tampak puas setelah dia menggapai bintang-bintang lazuardi di langit kenikmatan.
"Ok Dev, sekarang gantian kau yang merangsangku", Sony meraih tangan devi, diapun duduk di Sofa.
"Dev, Kamu pintar berkaroake kan?, Nah sekarang penisku kamu buat karaoke Dev, jilatilah dan kulumlah", pinta Sony pada Devi yang masih terlihat merem melek. Sony langsung melepaskan celana dalamnya sendiri dan tampaklah penis yang besar dan panjang bagaikan pisang raja sehingga membuat Devi sedikit ragu untuk mendekat.
"Jangan takut Dev, tidak apa-apa, Ini milikmu, kau berhak memiliki dan menikmati penisku Dev", kata Sony sambil menarik kedua tangan Devi dan dilekatkan pada penis yang kekar itu
Cinta Berbalut Birahi 01
Devi dan Sony adalah dua remaja yang sedang dimabuk cinta, keduanya mengagungkan kesetiaan dan ketulusan dalam mengarungi perasaan kasih sayang yang selama ini menghinggapi kedua sejoli itu. Hubungan mereka telah terjalin selama 3 bulan dan dipenuhi dengan kisah-kisah romantis yang indah. Janji untuk saling setia dan mengasihi selamanya sampai ajal menjemputpun diucapkan. "Dev!, Aku punya kaset CD menarik yang bercerita tentang gejolak cinta anak muda Amerika!", Kata Sony kepada Devi saat istirahat di sekolah.
"Wah menarik sekali! Ingin rasanya aku menonton", respon Devi penuh antusias.
"Kalau begitu habis sekolah kita nonton bareng di rumahku, kebetulan rumah sedang kosong, Mama dan Papa sedang ke Medan, kakakku ke Surabaya ngurus skripsinya, pembantu pulang kampung jadi aku sendirian nich!", tawar Sony pada gadis cantik di depannya.
"Cihui!, Kita bisa bebas dong, nggak ada mata sinis atau muka cemberut dari ortumu!", teriak Devi kegirangan.
"Jangan gitu dong!, jelek-jelek mereka orang yang memeliharaku lho".
"Maaf deh!, maaf aku hanya bercanda".
"Teeet!"..., "Teeet!" "Waduh bel masuk sudah berbunyi tuh! Yuk, kita masuk ke kelas! Oh ya, kutunggu kau di depan gerbang sekolah".
"Cup!", Sony mencium kening Devi dengan mesra.
"Saya mencintaimu Dev!".
"Saya juga mnecintaimu Son!".
Keduanyapun segera menghambur menuju kelas masing-masing.
Ida yang Malang
Sebut saja nama saya Asuk, sekarang kuliah di Sydney, setahun yang lalu sebelum saya kuliah disini, saya pacaran sama cewek namanya Ida. Dia orangnya manis, punya body bagus serta supel. Hubunganku dengan Ida tidak disetujui oleh kedua orang tua kita karena perbedaan agama dan ras. Saya pacaran dengannya backstreet selama tiga bulan, bagiku dia cewek yang paling baik yang pernah saya temui. Lama-kelamaan orang tuaku tahu hubungan saya dengan Ida, terus orang tuaku marah besar, dan mau memisahkan kita berdua dengan mengirimku ke Sydney untuk kuliah. Saya tidak bisa menolak amanat orang tua, terus saya terpaksa bilang sama Ida kalau hubungan kita tidak bisa dilanjutin dan saya di suruh belajar di Sydney.
Pelajaran Berharga
Dalam kehidupan keluargaku, pelajaran seks sangat ditabukan. Sehingga saya tidak pernah mendapatkan pelajaran mengenai kehidupan seks yang baik dan benar. Yang saya tahu hanyalah dari mata pelajaran biologi di sekolah yang menyebutkan adanya perbedaan alat kelamin antara pria dan wanita.
Karena kami hanya berdua, pria, anak orang tua. Saya baru mengetahui bagaimana bentuk luarnya kemaluan seorang wanita setelah ada balita sepupuku sewaktu saya di kelas 5 SD dan saya di minta untuk memomongnya. Saat akan mengganti celananya saya berusaha melihat sejelas mungkin.
Karena kami hanya berdua, pria, anak orang tua. Saya baru mengetahui bagaimana bentuk luarnya kemaluan seorang wanita setelah ada balita sepupuku sewaktu saya di kelas 5 SD dan saya di minta untuk memomongnya. Saat akan mengganti celananya saya berusaha melihat sejelas mungkin.
Dukun Cabul
Sekitar setahun setelah saya bercerai, ada teman yang mengajakku pasang susuk. Katanya sudah banyak teman-temannya yang kesana. Pertama-tama saya tidak berminat, terus dia pergi sendiri. Seminggu kemudian kami ketemu lagi, langsung saja saya bertanya bagaimana susuknya. Dia cuma tersenyum sambil berkata, "kamu kesana deh, cocok buat yang sudah lama tidak begitu". Saya heran lalu saya tanya lagi apaan, tapi dia tetap saja tersenyum. Karena penasaran, akhirnya saya juga kesana. Ternyata dukunnya tidak jelek-jelek amat (seperti di film-film kurus dan tua), malah cenderung ganteng walau agak berumur. Waktu saya beri tahu maksud kedatanganku, dia bertanya-tanya banyak hal, seperti status saya, jadwal mens, dll. Sedikit heran, tapi saya jawab. Terakhir akhirnya dia bilang, kalau pemasangan susuk yang saya minta harus dilakukan lewat cara bersenggama. Mukaku langsung merah padam (maklum, waktu itu saya baru menjanda, dan hubungan badan terakhir cuman sama eks-suamiku). Tapi saya lihat, pak dukun justru tenang-tenang saja, mukanya tidak berubah, tidak tahu apa dia punya ilmu hipnotis yang bisa mempengaruhiku atau kepercayaanku bahwa dia betul-betul profesional (sekedar ingin bersetubuh denganku), akhirnya saya setuju.
Bercumbu di Locomotive
Nama saya Adul Roman, kerja di Perusahaan Umum Kereta Api sebagai Pembantu masinis (Stoker). Kerjaku ringan hanya membantu masinis melihat dan mengawasi sinyal selama kereta dalam perjalanan. Awal kisah saya dan teman saya Yanto (masinis) membawa kereta api Argo Bromo dengan nomer chasis Locomotif CC 20322. Lokomotif Dari Stasiun Jatinegara menuju stasiun Manggarai karena gerbongnya ada di manggarai. Setelah di gandeng di Manggarai kereta berjalan menuju stasiun Gambir untuk melayani penumpang di Gambir.
Surga Dunia
Ani baru 17 hari tinggal bersama ibunya di Amerika. Untuk gadis yang baru beranjak dewasa ini sangat berat ditinggal pergi oleh Papa tercinta. Ibunya bekerja di dubes RI sebagai sekretaris atase. Ani termasuk gadis yang kurang pergaulan, ia sebenarnya memiliki wajah yang lumayan dan tubuh yang montok. Ibunya meminta bantuan Tante Yores, seorang Italia untuk membawa Ani ke pesta dansa yang khusus diselenggarakan bagi muda-mudi.
Singkat kata Ani dan Tante Yores malam itu pergi ke pesta dansa di wai hamberg street. Saat itu sedang musim dingin. Setiap tamu sebelum masuk ke pesta dansa diberi kesempatan untuk berias di ruang ganti. Tapi aneh, ketika sampai diruang ganti Tante Yores menyuruh Ani untuk membuka seluruh bajunya dan mengganti dengan pakaian dalam yang menurutnya ganjil. Katanya sih itu merupakan pakaian pesta mirip halloween.
Singkat kata Ani dan Tante Yores malam itu pergi ke pesta dansa di wai hamberg street. Saat itu sedang musim dingin. Setiap tamu sebelum masuk ke pesta dansa diberi kesempatan untuk berias di ruang ganti. Tapi aneh, ketika sampai diruang ganti Tante Yores menyuruh Ani untuk membuka seluruh bajunya dan mengganti dengan pakaian dalam yang menurutnya ganjil. Katanya sih itu merupakan pakaian pesta mirip halloween.
Internet Friend 07
Kali ini Rini akan menceritakan tentang si Bule satu-satunya yang pernah bercinta dengan Rini. Namanya Andrew, orang Belanda berumur 34 tahun. Kebetulan dia datang untuk liburan. Rini bertemu dengannya sebagai teman, tidak ada maksud apapun karena Rini sudah tidak mau membodohi diri sendiri dengan harapan harapan kosong yang pernah ada. Jadi, boleh dibilang Rini bercinta dengannya berdasarkan suka sama suka (waktu itu Rini sedang goyah banget sih, tidak peduli pada diri sendiri lagi.., dan memandang rendah diri sendiri).
Andrew sangat tinggi, hampir mencapai 2 meter lebih. Rini hanya mencapai di bawah dadanya saja. Matanya biru langit (tapi Rini lebih suka mata biru laut yang kelam), warna rambutnya coklat muda dan wajahnya biasa-biasa saja.
Andrew sangat tinggi, hampir mencapai 2 meter lebih. Rini hanya mencapai di bawah dadanya saja. Matanya biru langit (tapi Rini lebih suka mata biru laut yang kelam), warna rambutnya coklat muda dan wajahnya biasa-biasa saja.
Internet Friend 06
Aku pernah bercinta dengan orang India. Namanya Ricky. Aku kenal dia dari net tentunya. Orangnya ramah dan tampan. Tidak seperti orang India pada umumnya, kulitnya bahkan lebih putih dari kulitku sendiri. Tapi seperti orang India pada umumnya, dia tinggi besar.
Ricky sama sajalah dengan cowok yang lain. Memberi harapan kalau dia akan membantuku, yang tentunya tidak pernah dia penuhi. Aku yang memang sudah putus asa, tetap saja "tergoda</i> dangan harapan palsu itu.
Pertama, kami hanya minum-minum di Pub tempat dia menginap. Hotel mewah daerah Senin. Ribut sekali suasananya sehingga aku dan dia harus saling berteriak kalau ngomong. Dia pesan Whisky dan aku memesan Whisky cola. Sepertinya Whisky-nya kebanyakan daripada colanya. Aku merasa wajahku merah karena panasnya Whisky itu. Kamipun memutuskan berbicara di kamarnya saja, walau aku merasa kepalaku berdenyut, tapi aku masih bisa berjalan tegap mengikuti langkah Ricky masuk ke kamarnya.
Ricky sama sajalah dengan cowok yang lain. Memberi harapan kalau dia akan membantuku, yang tentunya tidak pernah dia penuhi. Aku yang memang sudah putus asa, tetap saja "tergoda</i> dangan harapan palsu itu.
Pertama, kami hanya minum-minum di Pub tempat dia menginap. Hotel mewah daerah Senin. Ribut sekali suasananya sehingga aku dan dia harus saling berteriak kalau ngomong. Dia pesan Whisky dan aku memesan Whisky cola. Sepertinya Whisky-nya kebanyakan daripada colanya. Aku merasa wajahku merah karena panasnya Whisky itu. Kamipun memutuskan berbicara di kamarnya saja, walau aku merasa kepalaku berdenyut, tapi aku masih bisa berjalan tegap mengikuti langkah Ricky masuk ke kamarnya.
Internet Friend 05
Dalam "petualangan</i>ku mencari bantuan dana untuk melunasi hutangku dengan teman internet bukan hanya dengan orang-orang dari manca negara. Orang lokal juga pernah. Aku ingat, namanya Rudy. Pertama kami hanya chatting biasa. Lalu dia mulai meneleponku di tengah malam. Kami bercinta via telepon. Suaraku yang katanya seksi sangat merangsangnya sehingga membuat dia ingin sekali bertemu denganku. Tapi aku menolak, karena dia sudah beristri. Saat itu istrinya baru habis melahirkan dan sedang isitrahat di rumah orang tuanya bersama bayi perempuannya. Tinggal dia sendiri di rumah.
Aku punya prinsip tidak akan mau menganggu cowok yang sudah berkeluarga ataupun sudah punya pacar. Pantang lah! Dia menawarkan bantuan yang tidak sedikit padaku jika aku mau bertemu dengannya dan membiarkannya melakukan anal, tentu saja aku menolak.
Aku punya prinsip tidak akan mau menganggu cowok yang sudah berkeluarga ataupun sudah punya pacar. Pantang lah! Dia menawarkan bantuan yang tidak sedikit padaku jika aku mau bertemu dengannya dan membiarkannya melakukan anal, tentu saja aku menolak.
Internet Friend 04
Aku, Rini. pernah punya teman internet yang berusia setengah abad dan berakhir dengan bermain cinta. Malam itu aku di "cyber café</i> dan "chatting</i>. Dia yang duluan menyapaku. Ternyata dia orang Taiwan yang sedang "business trip</i> di Jakarta. Kami chatting sebentar. Pada saat itu aku sedang stres berat karena masalah hutangku. Seperti biasa layaknya cowok-cowok yang lain, lelaki setengah baya ini menawarkan bantuan. Dan seperti biasanya pula aku selalu percaya. Well, orang stres dan depresi selalu berharap walaupun sangat kecil kesempatannya. Kupikir, kalau dia mau berhubungan seks, yah kuberikan saja toh dia bukan orang yang pertama. Siapa tahu aku bisa dapat sedikit uang darinya. Ironis sekali pemikiranku saat itu.
Aku lupa namanya. Benar-benar lupa. Satu jam setelah chatting dengannya, aku pun berangkat ke hotelnya. Hotelnya dekat Mall Taman Anggrek. Seperti biasa, langgananku taxi Blue Bird yang sudah kuhafal mati nomor teleponnya.
Aku lupa namanya. Benar-benar lupa. Satu jam setelah chatting dengannya, aku pun berangkat ke hotelnya. Hotelnya dekat Mall Taman Anggrek. Seperti biasa, langgananku taxi Blue Bird yang sudah kuhafal mati nomor teleponnya.
Internet Friend 03
Rini namaku (Bukan nama sebenarnya). Aku berasal dari Kalimantan Barat dari sekarang ini sudah pindah ke Jakarta bersama keluargaku. Aku kehilangan kegadisanku saat berusia 15 tahun (Well, dengan cowok pertamaku tentunya, alasannya klise, demi cinta). Aku ingat benar tiap cowok yang pernah berhubungan seks denganku. Setelah dua tahun meninggalkan cowokku yang pertama (dia cowok brengsek!), aku baru berhubungan seks lagi dengan cowok lain. Cowok kedua yang pernah menikmati tubuhku, adalah saudara sepupuku sendiri yang usianya 5 tahun lebih muda dariku. Dua tahun kemudian baru aku berhubungan kembali dengan cowok yang lain.
Cowok yang ketiga adalah teman internetku. Namanya Wayne. Orang Vietnam keturunan Chinese dan usianya setahun lebih tua dariku. Dia adalah teman internet pertama yang pernah menikmati tubuhku. Saat itu aku berusia 22 tahun, berada di Melbourne untuk kuliah. Aku suka sekali chatting dengan Wayne yang berada di Brisbane. Awalnya kami cuman ber-cyberseks-ria. Dia adalah 'pelanggan' tetapku. Setelah beberapa kali cyber seks, kami pun mulai berphone seks ria.
Cowok yang ketiga adalah teman internetku. Namanya Wayne. Orang Vietnam keturunan Chinese dan usianya setahun lebih tua dariku. Dia adalah teman internet pertama yang pernah menikmati tubuhku. Saat itu aku berusia 22 tahun, berada di Melbourne untuk kuliah. Aku suka sekali chatting dengan Wayne yang berada di Brisbane. Awalnya kami cuman ber-cyberseks-ria. Dia adalah 'pelanggan' tetapku. Setelah beberapa kali cyber seks, kami pun mulai berphone seks ria.
Internet Friend 02
Di ceritaku yang terdahulu, aku bercerita tentang Francis, salah seorang teman internetku. Kali ini teman internetku yang lain, namanya Wong. Dia adalah teman internetku dari Malaysia, JB. Aku mengenalnya pada awal tahun 1998 dan bertemu dengannya setahun kemudian.
Ayahnya seorang yang cukup berada, makanya aku mengharapkan dapat meminjam uang darinya. Karena hutang yang melilitku benar-benar membuatku menemui jalan buntu. Sementara itu aku belum juga mendapat pekerjaan.
Wong usianya setahun lebih tua dariku. Sebelumnya aku sempat menjadi cybergf-nya. Tapi kemudian memutuskanku setelah 4 bulan kami bersama secara cyber. Terus terang saja, dia sering menelponku dari Malaysia ke Jakarta hanya untuk telepon seks denganku.
Ayahnya seorang yang cukup berada, makanya aku mengharapkan dapat meminjam uang darinya. Karena hutang yang melilitku benar-benar membuatku menemui jalan buntu. Sementara itu aku belum juga mendapat pekerjaan.
Wong usianya setahun lebih tua dariku. Sebelumnya aku sempat menjadi cybergf-nya. Tapi kemudian memutuskanku setelah 4 bulan kami bersama secara cyber. Terus terang saja, dia sering menelponku dari Malaysia ke Jakarta hanya untuk telepon seks denganku.
Internet Friend 01
Anggap saja namaku Rini. Tahun ini aku berusia 25 tahun. Pertualangan cintaku cukup banyak, setidaknya menurutku. Kebanyakan cowok-cowok yang pernah bercinta denganku kukenal dari internet. Salah satunya bernama Francis, dia berumur 30 tahun, orang Singapore yang datang ke Jakarta untuk bisnis. Aku mengenalnya cukup lama via internet sebelum bertemu dengannya. Saat itu aku sedang kesulitan keuangan (sekarang pun sebenarnya masih) dan dia menawarkan bantuan. Maka dari itu aku tidak keberatan ketika dia minta bertemu di kamar hotelnya setelah ia selesai meeting dengan partnernya. Saat itu umurku sekkitar 23 tahun.
Setelah kutunggu-tunggu akhirnya teleponku berdering menjelang tengah malam. Ternyata dari Francis. Sebetulnya dia kurang setuju aku ke hotelnya sendirian pada tengah malam begitu. Tapi kuyakinkan dia bahwa aku telah terbiasa keluar malam dan taksi yang kugunakan adalah taksi yang terkenal amannya, Blue Bird.
Setelah kutunggu-tunggu akhirnya teleponku berdering menjelang tengah malam. Ternyata dari Francis. Sebetulnya dia kurang setuju aku ke hotelnya sendirian pada tengah malam begitu. Tapi kuyakinkan dia bahwa aku telah terbiasa keluar malam dan taksi yang kugunakan adalah taksi yang terkenal amannya, Blue Bird.
Nikmatnya Tubuh Ester
Namaku Rio, aku berusia 28 tahun dan telah bekerja sebagai dokter di sebuah rumah sakit di Jakarta. Sekitar tahun 1998 aku berkenalan dengan seorang gadis bernama Ester di bengkel mobil XXX (edited) di Jalan Prof. Dr. Soepomo, Tebet, Jakarta.
Awalnya, aku hendak menservis mobil kawanku di bengkel tersebut. Ketika sedang mendaftar, mataku tertuju pada sesosok tubuh wanita yang ternyata belakangan kuketahui bernama Ester, dan berprofesi sebagai Lady Service Advisor di bengkel tersebut. Kulitnya sawo matang, wajah cukup manis dan..., ini yang terutama mempunyai payudara dengan ukuran yang cukup besar (kutaksir sekitar 36B). Saat aku memandangnya, dia tanpa sengaja melihat pula ke arahku, kami beradu pandang, terasa ada sesuatu yang mengalir di dadaku, aku balas tersenyum padanya, dia tertunduk malu.
Awalnya, aku hendak menservis mobil kawanku di bengkel tersebut. Ketika sedang mendaftar, mataku tertuju pada sesosok tubuh wanita yang ternyata belakangan kuketahui bernama Ester, dan berprofesi sebagai Lady Service Advisor di bengkel tersebut. Kulitnya sawo matang, wajah cukup manis dan..., ini yang terutama mempunyai payudara dengan ukuran yang cukup besar (kutaksir sekitar 36B). Saat aku memandangnya, dia tanpa sengaja melihat pula ke arahku, kami beradu pandang, terasa ada sesuatu yang mengalir di dadaku, aku balas tersenyum padanya, dia tertunduk malu.
Kenikmatanku, Berawal dari...
Saya tinggal disebuah apartment bersama dengan 3 orang teman sekuliahan, namanya Widya, Yudha, dan Tom. Hampir setiap malam kami berempat selalu nonton film porno sama-sama.
Pukul 8 malam tiba saatnya saya mandi, segera kubuka kran air panas dan dingin dalam sebuah bath tub, setelah itu kubuka semua bajuku, sehingga telanjang bulat lalu aku menghadap ke arah sebuah cermin besar, terlihatlah seluruh bentuk tubuhku, kulihat kedua payudaraku yang ukurannya cukup besar, kuremas-remas dan kuputar-putar puting payudaraku sehingga timbullah keinginan untuk melakukan masturbasi. Lalu aku duduk di atas kloset sambil mengangkangkan kedua kaki dan kuraih selang yang ada di sampingku, kuarahkan selang itu tepat pada vaginaku lalu kubuka kran air itu dengan volume sedang, "Hmm.., ehmm" nikmatnya.
Pukul 8 malam tiba saatnya saya mandi, segera kubuka kran air panas dan dingin dalam sebuah bath tub, setelah itu kubuka semua bajuku, sehingga telanjang bulat lalu aku menghadap ke arah sebuah cermin besar, terlihatlah seluruh bentuk tubuhku, kulihat kedua payudaraku yang ukurannya cukup besar, kuremas-remas dan kuputar-putar puting payudaraku sehingga timbullah keinginan untuk melakukan masturbasi. Lalu aku duduk di atas kloset sambil mengangkangkan kedua kaki dan kuraih selang yang ada di sampingku, kuarahkan selang itu tepat pada vaginaku lalu kubuka kran air itu dengan volume sedang, "Hmm.., ehmm" nikmatnya.
Service Plus
Aku memenuhi panggilan untuk service komputer di kantor pelangganku di daerah perumahan mewah. Karena hari sudah menjelang sore dan hari itu adalah sabtu, maka di kantor itu tidak ada lagi orang kecuali seorang sekretaris yang memang ditugaskan untuk menungguku. Dia mengenalkan diri dengan nama Mariska, dan minta dipanggil dengan Kika saja. Namanya lucu, selucu orangnya yang memang berwajah cantik imut-imut, polos tapi terkesan sensual. Dandanannya sangat sederhana, yaitu dengan blouse hitam pendek dan rok mini abu-abu serta sepatu tinggi terbuka, namun sangat kontras dengan warna kulitnya yang putih mulus. Apalagi dengan postur tubuhnya yang tinggi dan ramping, makin menampakkan keindahan kakinya yang jenjang.
Kenanganku di Batu Raden
Namaku Dira, Cowok berumur 20 thn. Aku kuliah di sebuah Universitas swasta di Jogja, dan aku hidup sebagai anak kost hampir 5 tahun di sini. Hari itu hari sabtu, dan aku sedang libur setelah mengikuti tes. Karena tidak ada kegiatan di Yogya maka aku memutuskan untuk mudik. Waktu itu aku masih kelas 2 SMA, aku pulang dengan naik kereta yang berangkat dari Jogja sore hari. Sebelum berangkat aku bertemu dengan dua cewek cantik, seksi, dengan bbentuk tubuh yang indah dan dibungkus dengan pakaian ketat dan di padu dengan rok panjang yang berkesan anggun tapi cukup untuk membuatku terangsang. Kebetulan pada waktu itu aku sedang antri di telepon umum. Kami saling pandang dan saling melemparkan senyum. Sesudah menelepon pacarku untuk sekalian pamit, aku langsung membeli tiket. Eh, ternyata secara kebetulan juga dia satu tujuan denganku.
Sri, Si Janda Kembang
Aku sebenarnya enggan memperkenalkan diri sebagai dokter, namun untuk kelengkapan cerita, aku terpaksa mengakui bahwa aku memang dokter.
Telah belasan tahun berpraktek aku di kawasan kumuh ibu kota, tepatnya di kawasan Pelabuhan Rakyat di Jakarta Barat. Pasienku lumayan banyak, namun rata-rata dari kelas menengah ke bawah. Jadi sekalipun telah belasan tahun aku berpraktek dengan jumlah pasien lumayan, aku tetap saja tidak berani membina rumah tangga, sebab aku benar-benar ingin membahagiakan isteriku, bila aku memilikinya kelak, dan kebahagiaan dapat dengan mudah dicapai bila kantongku tebal, simpananku banyak di bank dan rumahku besar.
Telah belasan tahun berpraktek aku di kawasan kumuh ibu kota, tepatnya di kawasan Pelabuhan Rakyat di Jakarta Barat. Pasienku lumayan banyak, namun rata-rata dari kelas menengah ke bawah. Jadi sekalipun telah belasan tahun aku berpraktek dengan jumlah pasien lumayan, aku tetap saja tidak berani membina rumah tangga, sebab aku benar-benar ingin membahagiakan isteriku, bila aku memilikinya kelak, dan kebahagiaan dapat dengan mudah dicapai bila kantongku tebal, simpananku banyak di bank dan rumahku besar.
Bercinta dengan Guru Tata Negara
Saya bernama Vina (sebut saja begitu). Saya ingin membagikan pengalaman pribadiku dulu kepada para penggemar situs pondokseks.
Pengalaman ini terjadi ketika aku kelas 3 SMA, aku memang berasal dari keturunan yang sangat disiplin dalam segala sesuatu. Aku anak bungsu dari tiga bersaudara dan semuanya perempuan, namun kata orang sih aku yang paling cantik dan menurut orang-orang wajahku agak mirip Desy Ratnasari. Papa dan Mama cenderung orangnya keras dalam mendidik anak-anaknya bahkan boleh dibilang Papa itu orangnya tidak pernah menunjukkan pujian kepada anak-anaknya, jadi alhasil sampai saat ini aku tidak pernah merasakan belaian kasih sayang seorang ayah layaknya.
Pengalaman ini terjadi ketika aku kelas 3 SMA, aku memang berasal dari keturunan yang sangat disiplin dalam segala sesuatu. Aku anak bungsu dari tiga bersaudara dan semuanya perempuan, namun kata orang sih aku yang paling cantik dan menurut orang-orang wajahku agak mirip Desy Ratnasari. Papa dan Mama cenderung orangnya keras dalam mendidik anak-anaknya bahkan boleh dibilang Papa itu orangnya tidak pernah menunjukkan pujian kepada anak-anaknya, jadi alhasil sampai saat ini aku tidak pernah merasakan belaian kasih sayang seorang ayah layaknya.
Cinta Pertama
Sebenarnya kejadian ini terjadi 6 tahun yang lalu, tepatnya bulan November 1994, tetapi kejadian itu tak akan mungkin aku lupakan seumur hidupku.
Saat itu aku masih sekolah kelas 3 di STM Negeri di Solo. Saat itu aku bertemu dengan kawanku saat SMP. Dia sebenarnya adalah cinta pertama bagiku yang yang saat itu belum pernah aku ungkapkan walaupun sebenarnya aku tahu diapun juga mencintaiku sebut saja namanya Novi. Waktu itu kami bertemu di sebuah emperan toko daerah Coyudan. Kami sama-sama berteduh karena saat itu hujan mengguyur kota Solo sangat deras. Kami ngobrol panjang lebar dan angka arlojinya sudah menunjukkan pukul 6 sore, tetapi hujan tetap saja mengguyur walaupun tidak terlalu deras. Karena saat itu dia sedang menunggu bis, dan aku naik sepeda motor maka agar tidak kemalaman aku antar dia pulang tetapi tanpa jas hujan.
Saat itu aku masih sekolah kelas 3 di STM Negeri di Solo. Saat itu aku bertemu dengan kawanku saat SMP. Dia sebenarnya adalah cinta pertama bagiku yang yang saat itu belum pernah aku ungkapkan walaupun sebenarnya aku tahu diapun juga mencintaiku sebut saja namanya Novi. Waktu itu kami bertemu di sebuah emperan toko daerah Coyudan. Kami sama-sama berteduh karena saat itu hujan mengguyur kota Solo sangat deras. Kami ngobrol panjang lebar dan angka arlojinya sudah menunjukkan pukul 6 sore, tetapi hujan tetap saja mengguyur walaupun tidak terlalu deras. Karena saat itu dia sedang menunggu bis, dan aku naik sepeda motor maka agar tidak kemalaman aku antar dia pulang tetapi tanpa jas hujan.
Kisah Kasih mIRC
Sebelumnya, saya ingin memperkenalkan diri dan menceritakan pengalaman nyata saya. Nama saya adalah Joe. Saya adalah pria keturunan chinese dan beberapa waktu yang lalu saya belajar bahasa mandarin di beijing untuk beberapa waktu lamanya. Semasa saya belajar mandarin di beijing, saya selalu bermain IRC di waktu senggang saya, sampai saya bertemu dengan seorang gadis yang namanya Inge. Kami sering ngobrol di IRC dan itu terjadi hampir tiap hari. Inge ini orangnya agak terbuka dan kami sering melakukan obrolan panas di private channel dan akhirnya dia menjadi pacar cyber saya walaupun kami belum pernah bertemu.
Wanita Penjaga Toko
Cerita ini berawal dari keisengan saya untuk selalu mencoba hal-hal yang baru dan pengalaman baru. Suatu ketika seorang teman bernama Herry, datang ke tempat kost dan bercerita mengenai petualangannya mencari wanita penjaga toko. Karena saya merupakan tipe orang yang tidak mudah percaya dengan omongan teman saya tersebut, maka saya mengajak teman saya membuktikan omongannya. Jam 8.30 malam tepat, teman saya mengajak pergi ke pertokoan di alun-alun Bandung. Karena perjalanan dari tempat kami dari Buah Batu memerlukan waktu sekitar 30 menit, maka jam 9.00 tepat kami sudah sampai di pertokoan tersebut.
Ibu Vivin Tersayang
Cerita ini bermula pada waktu itu aku lagi kuliah di semester VI di salah satu PTS di Bandung. Ceritanya saat itu aku lagi putus dengan pacarku dan memang dia tidak tahu diri, sudah dicintai malah bertingkah, akhirnya dari cerita cintaku cuma berumur 2 tahun saja. Waktu itu aku tinggal berlima dengan teman satu kuliah juga, kita tinggal serumah atau ngontrak satu rumah untuk berlima. Kebetulan di rumah itu hanya aku yang laki-laki. Mulanya aku bilang sama kakak perempuanku, "Sudah, aku pisah rumah saja atau kos di tempat", tapi kakakku ini saking sayangnya padaku, ya saya tidak diperbolehkan pisah rumah. Kita pun tinggal serumah dengan tiga teman wanita kakakku.
Asmara Cewek Beijing
Tentunya para pembaca pondokseks sudah mengenal saya lewat cerita-cerita saya yang sebelumnya. Saya adalah Joe Chan yang kalian kenal lewat KISAH KASIH mIRC, dan PENGALAMAN PETUGAS ASURANSI. Sekarang saya akan menceritakan pengalaman nyata saya lewat kisah saya di Beijing.
Cerita ini bermula sebelum saya mengenal Inge (ingat cerita KISAH KASIH mIRC), saat itu adalah saat bersama saya berada di Beijing. Beijing sungguh kota yang sangat indah tetapi saat itu musim dingin, jadinya saya memakai baju tebal supaya saya tidak merasa kedinginan.
Cerita ini bermula sebelum saya mengenal Inge (ingat cerita KISAH KASIH mIRC), saat itu adalah saat bersama saya berada di Beijing. Beijing sungguh kota yang sangat indah tetapi saat itu musim dingin, jadinya saya memakai baju tebal supaya saya tidak merasa kedinginan.
Aku Seorang Pelacur
Kenalkan namaku Indah. Umurku 24 tahun. Statusku bersuami dengan 2 orang anak. Pekerjaanku pelacur. Tetapi nanti dulu, jangan mencemoohku dulu. Saya bukan pelacur kelas Kramat Tunggak apalagi Monas di Jakarta atau Gang Dolly di Surabaya. Saya seorang pelacur profesional. Oleh karena itu tarip pemakaian saya juga tidak murah. Untuk "short play</i> sebesar US$ 200, dengan uang muka US$ 100 dibayar saat pencatatan pesanan dan kekurangannya harus dilunasi sebelum pengguna jasa saya sebelum menaiki tubuh saya. Jelasnya, sebelum kunci kamar tempat berlangsungnya permainan dikunci. "Short play</i> berlangsung 1 jam, paling lama 3 jam, tergantung stamina customer. Kalau sesudah 1 jam, sudah merasa capai, dan tidak memiliki lagi kekuatan untuk ereksi, apalagi untuk ejakulasi, artinya permainan sudah usai. Semua kesepakatan ini tertulis dalam tata cara pemakaian tubuh atau jelasnya lagi tata cara persewaan kemaluan saya. Ini sudah penghasilan bersih, sudah merupakan "take home pay</i>.
Kebetulan Membawa Nikmat
Kebetulan Membawa Nikmat
Saya adalah seorang laki-laki kira-kira berumur 33 tahun, tinggi sekitar 172 cm dengan wajah lumayan (kata teman-teman). Saya sudah bekerja dan sekarang sedang menjalani tugas keluar kota yaitu Semarang. Kisah saya ini baru terjadi sebulan yang lalu. Pada saat itu saya sedang melakukan perjalanan dari Semarang ke Jakarta naik kereta api Argo Bromo. Dari Semarang kira-kira jam 12.00 siang. Kebetulan saya duduk berdampingan dengan seorang wanita kira-kira berumur 35 tahunan. Wajahnya tidak begitu cantik, tetapi potongan tubuhnya begitu seksi dengan pakaian kaos atas berlengan panjang dengan belahan leher yang agak ke bawah dan celana sedikit longgar. Dadanya begitu menonjol dengan memperlihatkan garis belahan dada yang putih bersih. Saya memperkirakan ukuran susunya 36B. Setelah menaruh tas yang tidak begitu besar, dia duduk di sebelahku dan menyapa,
"Selamat siang Dik."
"Selamat siang juga Bu..." jawabku.
"Adik mau ke mana?" tanyanya.
"Mau ke Jakarta Bu, kalau Ibu?" tanyaku balik.
"Kalo gitu kita sama", jawabnya.
Saya adalah seorang laki-laki kira-kira berumur 33 tahun, tinggi sekitar 172 cm dengan wajah lumayan (kata teman-teman). Saya sudah bekerja dan sekarang sedang menjalani tugas keluar kota yaitu Semarang. Kisah saya ini baru terjadi sebulan yang lalu. Pada saat itu saya sedang melakukan perjalanan dari Semarang ke Jakarta naik kereta api Argo Bromo. Dari Semarang kira-kira jam 12.00 siang. Kebetulan saya duduk berdampingan dengan seorang wanita kira-kira berumur 35 tahunan. Wajahnya tidak begitu cantik, tetapi potongan tubuhnya begitu seksi dengan pakaian kaos atas berlengan panjang dengan belahan leher yang agak ke bawah dan celana sedikit longgar. Dadanya begitu menonjol dengan memperlihatkan garis belahan dada yang putih bersih. Saya memperkirakan ukuran susunya 36B. Setelah menaruh tas yang tidak begitu besar, dia duduk di sebelahku dan menyapa,
"Selamat siang Dik."
"Selamat siang juga Bu..." jawabku.
"Adik mau ke mana?" tanyanya.
"Mau ke Jakarta Bu, kalau Ibu?" tanyaku balik.
"Kalo gitu kita sama", jawabnya.
Pengasuhku Tersayang
Pembaca yang sedang santai, kali ini aku akan menceritakan kejadian pada saat aku berumur kurang lebih 19 tahun. Kisah ini sebenarnya bermula ketika aku masih kecil, kira-kira berumur 7 tahun, dimana pada saat itu Ibu menyerahkanku kepada seorang wanita pengasuh (baby sitter) bernama Sari untuk mengurus segala keperluanku, baik mandi, makan, main, dll. Pengasuhku pada saat itu sebenarnya masih tergolong anak-anak juga dan kira-kira berumur 13 tahunan, dengan postur badan agak tinggi dibandingkan dengan usianya. Setiap hari, tugasnya secara rutin yaitu pagi-pagi memandikan kemudian menggantikan bajuku dan jika sudah agak siang, kami bermain bersama-sama.
Kado Ulang Tahun untuk Dewi
Waktu itu hari Sabtu di bulan Juli. Hari jadinya Dewi. Dewi dan aku telah menjadi pasangan sejak 8 bulan. Dewi itu anaknya PD (percaya diri), ceria dan spontan blak-blakan. Meskipun terkadang dia bisa judes sekali tetapi dia jujur terhadap lawan bicaranya, selalu berbicara sesuai dengan keadaan hatinya. Dewi tidak memiliki wajah cantik seperti bintang-bintang film layaknya, tetapi dia memiliki senyum yang bila orang melihatnya mampu mengeluarkan perasaan yang nyaman bagi kita-kita. Buatku dia adalah yang terseksi.
Hari ini telah kurencanakan sejak beberapa minggu yang lalu. Aku berniat memberikan sesuatu yang spesial yang tak dapat terlupakan begitu saja. Hari telah larut, matahari mulai terbenam, dan aku mempersiapkan diri untuk menjemput Dewiku. Dewi sudah tahu kalau aku akan mengajaknya keluar makan malam, tetapi dia belum tahu ke manakah kita akan pergi.
Hari ini telah kurencanakan sejak beberapa minggu yang lalu. Aku berniat memberikan sesuatu yang spesial yang tak dapat terlupakan begitu saja. Hari telah larut, matahari mulai terbenam, dan aku mempersiapkan diri untuk menjemput Dewiku. Dewi sudah tahu kalau aku akan mengajaknya keluar makan malam, tetapi dia belum tahu ke manakah kita akan pergi.
Langganan:
Postingan (Atom)